
Jaga Rupiah Tak Liar, BI Gunakan Jurus 'Triple Intervention'

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) mengambil langkah triple intervention untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Apalagi kini dolar Amerika Serikat (AS) sudah menyentuh di level Rp 15.000.
"Tentu kami masuk pasar dengan triple interventionnya untuk memastikan jangan sampai terjadi pelemahan yang liar atau berlebihan," kata Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI), Edi Susianto kepada CNBC Indonesia, Rabu (21/9/2022)
Triple intervention adalah intervensi yang dilakukan BI pada Domestic Non-Delivery Forward (DNDF), pasar spot, sampai ke pasar Surat Berharga Negara (SBN).
Mengacu pada data Refinitiv, rupiah terkoreksi pada pembukaan perdagangan sebanyak 0,13% ke Rp 15.000/US$. Sayangnya, rupiah kembali terkoreksi lebih dalam menjadi 0,2% ke Rp 15.010/US$ pada pukul 11:00 WIB.
Mata Uang Garuda terbebani oleh keperkasaan indeks dolar AS di pasar spot. Pukul 11:00 WIB, indeks dolar AS yang mengukur kinerja si greenback terhadap enam mata uang dunia lainnya bergerak menguat 0,02% ke posisi 110,23 dan berada kian dekat dengan rekor tertinggi dua dekadenya di 110,79.
Selain itu, imbal hasil (yield) obligasi melesat menjelang keputusan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pekan ini.
Yield obligasi tenor 2 tahun yang sensitif dengan kenaikan suku bunga acuan The Fed, mencapai 3,992% pada Selasa (20/9) dan menjadi posisi tertinggi sejak 2007. Sementara yield obligasi tenor 10 tahun menyentuh 3,604% dan menjadi level tertinggi sejak 2011.
Kenaikan pada yield obligasi menunjukkan bahwa pelaku pasar khawatir akan situasi ekonomi, sehingga beralih pada aset yang lebih aman. Permintaan akan obligasi pun naik.
Edi menekankan, persoalan ini tidak hanya dialami oleh rupiah, namun juga mata uang lainnya. Baht Thailand terkoreksi paling tajam sebesar 0,41% terhadap dolar AS, disusul oleh yuan China yang melemah 0,37% di hadapan si greenback.
"Hampir semua mata uang emerging market Asia mengalami pelemahan, tentu termasuk rupiah," jelasnya.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI, Jepang, China Hingga Korsel Siap 'Buang' Dolar AS di 2024