Terbukti! Penguatan Rupiah Tak Bertahan Lama

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
20 September 2022 15:07
Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah akhirnya kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (20/9/2022). Padahal pertengahan perdagangan rupiah masih berada di zona penguatan. Hal ini menunjukkan jika rupiah masih sulit menguat, sebab ada bank sentral AS (The Fed) yang akan mengumumkan kebijakan moneter Kamis nanti.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,07%, dan sempat bertambah menjadi 0,1%. Tetapi penguatan rupiah tidak bertahan lama, selepas tengah hari rupiah berbalik melemah.

Pada penutupan perdagangan, rupiah berada di Rp 14.980/US$, melemah 0,03% di pasar spot.

Pergerakan seperti ini lazim terjadi menjelang pengumuman kebijakan moneter The Fed, sebab pasar masih menanti kepastian seberapa besar suku bunga akan dinaikkan.

Berdasarkan data dari perangkat FedWatch milik CME Group, pasar melihat ada probabilitas sebesar 18% The Fed akan menaikkan 100 basis poin pada Kamis (22/9/2022) dini hari waktu Indonesia. Sementara probabilitas sebesar 82% untuk kenaikan 75 basis poin.

Indeks dolar AS yang stagnan di awal pekan kemarin, setelah melesat 0,7% sepanjang pekan lalu. Hal ini membuat rupiah langsung menguat pagi ini.

"Akan kahdolar AS menguat lebih jauh sebelum pengumumanFOMC? Saya pikir pasar akan sedikit menarik dolar AS, dan akan berada pada fase konsolidasi," kata Amo Sahota, direktur eksekutif di Klarity FX San Francisco, sebagaimana dilansir CNBC International, Senin (19/9/2022).

Jika The Fed menaikkan suku bunga hingga 100 basis poin, bisa menjadi indikasi The Fed melihat inflasi masih akan terus menanjak atau belum mencapai puncaknya. Hal ini bisa memicu gejolak di pasar finansial. Bursa saham global berisiko rontok, dan dolar AS akan semakin perkasa.

Sentimen negatif juga datang dari China, di mana tanda-tanda pelambatan ekonomi semakin terlihat.

Dalam laporan CNN International, para pemuda di China kini semakin banyak yang menganggur. Tingkat pengangguran pemuda terus mengalami kenaikan hingga menyentuh 19,9% pada Juli lalu.

"Tingkat pengangguran turun sedikit menjadi 18,7% pada bulan Agustus, tetapi masih tetap di antara yang tertinggi," tutur Biro Statistik Nasional China, dikutip Selasa (20/9/2022).

Menurut data CNN populasi pemuda perkotaan sebesar 107 juta. Persentase ini sendiri berarti menunjukkan ada 20 juta orang berusia 16 hingga 24 tahun yang tidak memiliki pekerjaan.

Tingginya angka pengangguran ini sendiri terjadi tatkala beberapa perusahaan teknologi China mulai melakukan perampingan dalam organisasinya. Raksasa e-commerce Alibaba baru-baru ini mengurangi tenaga kerjanya lebih hingga dari 13.000 dalam enam bulan pertama tahun ini.

"Ini adalah pengurangan terbesar dalam jumlah karyawan sejak Alibaba terdaftar di New York pada 2014," menurut data laman yang sama.

Tencent, raksasa media sosial dan game, melepas hampir 5.500 karyawan dalam tiga bulan hingga Juni. Ini adalah kontraksi tenaga kerja terbesar dalam lebih dari satu dekade terakhir.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular