Menguat Sih... Tapi IHSG Gagal Bertahan di Level 7.200

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Senin, 19/09/2022 15:34 WIB
Foto: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona hijau pada perdagangan Senin (19/9/2022). Indeks menguat 0,37% ke posisi 7.195,49.

Pada awal perdagangan sesi I, IHSG dibuka menguat 0,42% di posisi 7.199,17. Selang lima menit setelah dibuka, IHSG sempat terkoreksi 0,12% ke posisi 7.160,87. Namun setelah terkoreksi, IHSG kembali bangkit.

Pada perdagangan sesi II, IHSG juga sempat menyentuh zona merah. Tetapi pergerakan di sesi II lebih baik dan sempat menyentuh zona psikologis 7.200. Namun di akhir perdagangan sesi II, IHSG gagal bertahan di zona tersebut.


Nilai transaksi indeks pada hari ini mencapai sekitaran Rp 15 triliun dengan melibatkan 32 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,3 juta kali. Sebanyak 208 saham terapresiasi, 354 saham terdepresiasi, dan 142 saham lainnya stagnan.

Saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menjadi saham yang paling besar nilai transaksinya pada hari ini, yakni hingga mencapai Rp 1,2 triliun.

Sedangkan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menyusul di posisi kedua dengan nilai transaksi yang mencapai Rp 883,6 miliar dan saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) di posisi ketiga sebesar Rp 634,8 miliar.

Dari pergerakan sahamnya, saham BUMI ditutup ambles 6,67% ke posisi Rp 168/unit. Sedangkan saham BBCA melesat 2,37% ke Rp 8.650/unit, dan saham BMRI berakhir melonjak 1,37% menjadi Rp 9.225/unit.

Penguatan IHSG terjadi di tengah masih lesunya bursa saham regional atau Asia-Pasifik pada hari ini. Indeks Hang Seng Hong Kong merosot 1,04%, Shanghai Composite China melemah 0,35%, Straits Times Singapura terkoreksi 0,37%, ASX 200 Australia terpangkas 0,28%, dan KOSPI Korea Selatan ambles 1,14%.

Pada perdagangan hari ini, sentimen pasar masih cenderung mengarah negatif, di mana bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street terkoreksi tajam pada pekan lalu. Tiga indeks saham acuan Wall Street kompak melemah dengan koreksi lebih dari 4% pekan lalu.

Penurunan besar Wall Street pada pekan lalu datang setelah inflasi dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) yang diamati secara luas menghancurkan harapan bahwa inflasi mulai mereda. Di lain sisi, inflasi di AS seakan sudah 'mendarah daging'.

Sebelumnya pada pekan lalu, IHK atau consumer price index (CPI) AS pada Agustus 2022 dilaporkan sebesar 8,3% (year-on-year/yoy), turun sedikit dari posisi Juli 2022 yang sebesar 8,5%. Angka ini masih lebih besar dari prediksi pasar dalam survei Reuters sebesar 8,1%.

Tanda jika inflasi sudah "mendarah daging" terlihat dari inflasi inti, yang tidak memasukkan sektor energi dan makanan. Inflasi inti justru melesat 6,3% (yoy), lebih tinggi dari bulan Juli 5,9%.

Laporan tersebut menghidupkan kembali kekhawatiran bahwa kebijakan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk menaikkan suku bunga secara agresif demi memerangi inflasi dapat mendorong AS ke dalam resesi.

Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar melihat probabilitas sebesar 80%, The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin (bp), dan probabilitas sebesar 20% untuk kenaikan 100 bp.

Pekan ini, pelaku pasar di global akan memfokuskan perhatiannya kepada keputusan kebijakan moneter suku bunga oleh sejumlah bank sentral, termasuk The Fed.

Bank sentral yang ikut mengumumkan suku bunga acuannya selain The Fed, diantaranya bank sentral Inggris (Bank of England/BoE), bank sentral Swiss (Swiss National Bank/SNB), dan bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ).

Di Indonesia, Bank Indonesia (BI) juga akan menentukan kebijakan moneter terbarunya pada pekan ini, tepatnya Kamis mendatang.

Pelaku pasar memperkirakan BI akan kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 bp, melanjutkan pengetatan kebijakan moneternya dari bulan sebelumnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat