
Duh! Rupiah Selangkah Lagi Tembus Rp 15.000/US$

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (19/9/2022). Pengumuman kebijakan moneter di berbagai negara pekan ini menjadi penggerak pasar mata uang. Rupiah pun selangkah lagi berisiko menembus kembali level psikologis Rp 15.000/US$
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan. Tetapi tidak lama langsung melemah, bahkan sempat menyentuh Rp 14.988/US$, melemah 0,25% di pasar spot.
Saat penutupan perdagangan, rupiah berada di Rp 14.975/US$, melemah 0,17%.
Pekan ini akan ada 'Super Thursday', di mana ada 3 bank sentral utama dunia yang akan mengumumkan kebijakan moneter. Bank Indonesia (BI) dan beberapa bank sentral lainnya juga melakukan hal yang sama.
The Fed hampir pasti akan menaikkan suku bunga cukup besar, antara 75 basis poin sampai 100 basis poin menjadi 3,25% - 3,5%. Adanya kemungkinan kenaikan suku bunga 100 basis poin tersebut membuat rupiah sulit menguat.
Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar melihat ada probabilitas sebesar 18% The Fed akan menaikkan 100 basis poin pada Kamis (22/9/2022) dini hari waktu Indonesia. Sementara probabilitas sebesar 82% untuk kenaikan 75 basis poin.
Jika The Fed menaikkan suku bunga hingga 100 basis poin, bisa menjadi indikasi The Fed melihat inflasi masih akan terus menanjak atau belum mencapai puncaknya.
Tidak hanya The Fed, bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) dan bank sentral Swiss (SNB) juga diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin dan 75 basis poin.
Keputusan tersebut tentunya akan mempengaruhi pergerakan pasar mata uang.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) juga akan mengumumkan suku bunga di hari yang sama.
Meski BI berulang kali menegaskan tidak merespon kenaikan suku bunga The Fed, tetapi jika rupiah terpuruk maka BI tentunya akan bertindak juga guna menjaga stabilitas. Apalagi, pelemahan rupiah berisiko mengakselerasi inflasi yang bisa berdampak buruk bagi perekonomian.
Konsensus di Trading Economics memperkirakan Gubernur Perry Warjiyo dan kolega akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 4%.
Hasil polling Reuters juga menunjukkan BI diperkirakan akan menaikkan suku bunga menjadi 4%.
Di awal pekan ini, bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) sudah lebih dulu bertindak. Tetapi berbeda dengan bank sentral lainnya, PBoC malah memangkas suku bunganya.
PBoC pagi ini menurunkan suku bunga reverse repo 14 hari guna menambah likuiditas di perekonomian. Suku bunga tersebut diturunkan sebanyak 10 basis poin menjadi 2,15% dari sebelumnya 2,25%. Langkah penurunan suku bunga reverse repo 14 hari menjadi yang pertama sejak akhir Januari lalu.
Sementara suku bunga reverse repo 7 hari sudah diturunkan pada Agustus lalu, termasuk beberapa suku bunga acuan lainnya.
Bank sentral pimpinan Yi Gang ini memangkas suku bunga acuannya loan prime rate (LPR) tenor 1 tahun menjadi 2,65% dari sebelumnya 3,7%. Sementara LPR tenor 5 tahun dipangkas menjadi 4,3% dari sebelumnya 4,45%.
Sepekan sebelumnya suku bunga medium term lending facility (MLF) tenor 1 tahun juga dipangkas sebesar 10 basis poin untuk beberapa institusi finansial.
Dalam pernyataannya yang dirilis hari ini, PBoC sudah menyuntikkan likuiditas senilai CNY 2 miliar (US$ 286,54 juta) lewat suku bunga reverse repo 7 hari, dan tambahan CNY 10 miliar melalui suku bunga reverse repo 14 hari.
Serangkaian pemangkasan suku bunga yang dilakukan PBoC bertujuan membangkitkan perekonomian yang melambat.
Hal ini sedikit memberikan sentimen positif ke pasar, yang membuat rupiah mampu bertahan di bawah Rp 15.000/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perry Warjiyo Bakal Dua Periode, Cek Rupiah Pagi Ini
