Pembuat Kripto Terra Tak Ditemukan di Singapura, Masih Buron?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
19 September 2022 12:25
Do Kwon (Tangkapan Layar)
Foto: Do Kwon (Tangkapan Layar)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pendiri Terraform Labs, sebuah lembaga yang menjadi pembuat koin digital (token) Terra yakni Do Kwon dikonfirmasi tidak berada di Singapura, di mana hal itu dipastikan oleh kepolisian setempat.

Sebelum dikonfirmasi oleh kepolisian setempat, Do Kwon diduga berada di Singapura. Hal ini terjadi setelah pihak terkait mengejar buronan tersebut melalui global positioning system (GPS).

Setelah kejadian tersebut, Do Kwon kemudian memberikan pernyataannya di Twitter. Dia membantah menjadi buron.

Melalui akun Twitter @stablekwon, Do Kwon tidak dalam keadaan "pelarian". Selain itu, dia mengklaim akan bekerja sama penuh dan tidak menyembunyikan apapun.

"Saya tidak 'dalam pelarian' untuk lembaga pemerintah manapun yang menunjukkan minat untuk berkomunikasi, kami bekerja sama penuh dan tidak menyembunyikan apapun," tulis Do Kwon, dikutip dari Decrypt, Senin (19/9/2022).

Do Kwon Terra

"Kami sedang dalam proses membela diri di berbagai yurisdiksi, dan kami telah memegang teguh integritas yang sangat tinggi untuk mengklarifikasi fakta selama beberapa bulan ke depan," lanjut Kwon.

Do Kwon Terra

Dia juga mengatakan "Anda tidak punya urusan mengetahui koordinat GPS saya".

Kwon merupakan pengembang utama dari dua cryptocurrency yang sama-sama berada di ekosistem Terra yakni Terra Luna (kini Luna Classic/LUNC) dan TerraUSD (UST) yang keruntuhannya sempat membuat heboh pada Mei lalu.

Kejatuhan Terra Luna dan UST sempat mengguncang pasar kripto di seluruh dunia dan membuat banyak kripto mengalami koreksi parah hingga menyentuh level terendahnya dalam beberapa tahun terakhir.

Crash kripto membuat Bitcoin, kripto terbesar di dunia pun sempat menyentuh level terendahnya sejak tahun 2017, meski Bitcoin mencapai level ini karena adanya krisis yang menimpa perusahaan kripto.

Kwon juga merupakan pendiri platform blockchain Terraform Labs, yang telah dituduh melakukan penipuan oleh investor setelah keruntuhan.

Pada pekan lalu, seorang juru bicara kejaksaan Korea Selatan mengatakan surat perintah penangkapan telah dikeluarkan untuk enam orang, termasuk Do Kwon, dan bahwa mereka tinggal di Singapura.

"Surat perintah penangkapan telah dikeluarkan untuk total enam orang, termasuk Do Kwon, yang saat ini tinggal di Singapura," kata juru bicara kejaksaan pada Rabu lalu tanpa menjelaskan alasannya.

Perintah penangkapan datang setelah berbulan-bulan penyelidikan dan di tengah kemarahan publik di Korea Selatan atas keruntuhan kripto. Secara global, investor yang memiliki dua token tersebut kehilangan dananya sekitar US$ 42 miliar, menurut perusahaan analitik blockchain Elliptic.

Terra memiliki ambisi sebagai platform yang menciptakan stablecoin yang dikaitkan dengan uang resmi yang diterbitkan oleh bank sentral. Tujuannya untuk mendukung sistem pembayaran global dengan settlement yang cepat dan terjangkau seperti contohnya Alipay di blockchain. Pengembang menawarkan target satu koin senilai US$ 1.

LUNA memiliki peran yang vital untuk menstabilkan harga dari stablecoin yang ada di ekosistem Terra dan mengurangi volatilitas pasar. Ketika UST turun sedikit maka LUNA akan dijual atau dibakar (dihancurkan) untuk menstabilkan harga.

UST merupakan stablecoin algoritmik. Alih-alih memiliki uang tunai dan aset riil lainnya yang disimpan sebagai cadangan untuk mendukung token, proyek ini menggunakan campuran kode yang kompleks dan LUNA untuk menstabilkan harga.

Namun pada Mei lalu, UST tak mampu mempertahankan pasaknya di US$ 1, sehingga beberapa hari kemudian setelah kejadian ini, sister coin­-nya yakni Terra Luna juga bernasib sama. Setelah keduanya ambruk parah, pasar kripto pun terkena imbasnya, termasuk Bitcoin.

Setelah kejatuhan Terra, krisis kripto pun tak berhenti sampai situ saja, pada Juni lalu, krisis menimpa perusahaan kripto, di mana banyak perusahaan kripto mengalami krisis likuiditas.

Alhasil, crash kripto kembali terjadi beberapa hari kemudian. Hal inilah yang makin memperburuk kinerja kripto pada pertengahan tahun ini.

Dalam sebuah wawancara video dengan platform media kripto Coinage Agustus lalu, Kwon mengatakan dia telah pindah ke Singapura karena kekhawatiran tentang keselamatan keluarganya dan menolak saran bahwa relokasi itu karena kecelakaan atau upaya untuk menghindari penyelidik.

Kasus ini telah menarik perhatian banyak orang di dunia, di mana tak sedikit pengembang diduga melakukan penipuan dan telah ditangkap.

Pada bulan lalu, pihak berwenang Belanda menangkap seorang pria berusia 29 tahun yang diyakini sebagai pengembang untuk layanan pencampuran kripto, Tornado Cash karena dicurigai melakukan praktik pencucian uang.

Kemudian pada Mei lalu, Arthur Hays, salah satu pendiri dan mantan kepala eksekutif bursa kripto BitMEX dijatuhi hukuman enam bulan tahanan setelah mengaku bersalah karena melanggar Undang-Undang Kerahasiaan Bank AS.

TIM RISET CNBC INDONESIA  


(chd/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sebut Kripto Koin Judi, Warren Buffett Punya Alasan Sendiri

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular