'Kiamat' Mata Uang, Poundsterling ke Level Terlemah 37 Tahun

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
19 September 2022 09:20
FILE PHOTO: British five pound banknotes are seen in this picture illustration taken November 14, 2017. REUTERS/Benoit Tessier/File Photo
Foto: Ilustrasi mata uang poundsterling (REUTERS/Benoit Tessier)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar poundsterling Inggris merosot lagi ke level terlemah dalam lebih dari 37 tahun terakhir. Dolar Amerika Serikat (AS) yang sangat perkasa dan risiko resesi yang mengintai membuat poundsterling terus merosot.

Melansir data Refinitiv, pada Jumat (16/9/2022), poundsterling menyentuh US$ 1,1348/GBP. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak 19 Maret 1985. Sementara melawan rupiah, poundsterling menembus ke bawah Rp 17.000/GBP untuk pertama kalinya sejak Agustus 2019.

Rekor terlemah poundsterling tercatat di US$ 1,0520 yang tercatat pada 26 Februari 1985.

Dolar AS memang sedang kuat-kuatnya sejak rilis data inflasi Amerika Serikat, yang sudah 'mendarah daging'. 

Departemen Tenaga Kerja AS Selasa pekan lalu melaporkan harga energi turun 5% month-to-month (MtM), berkat harga BBM yang merosot hingga 10,6% (MtM). Meski demikian, jika dilihat dari Agustus 2021, indeks harga energi masih melesat 23,8%, akibat kenaikan harga listrik dan gas alam.

Harga BBM sendiri sudah mengalami penurunan selama 91 hari beruntun. Harga termahal tercatat pada Juni lalu US$ 5,02/galon, sementara saat ini harganya sudah US$ 3,7/galon.

Penurunan harga energi tersebut membuat inflasi di AS menurun dua bulan beruntun.

Inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) pada Agustus dilaporkan sebesar 8,3% year-on-year (yoy), turun dari bulan sebelumnya 8,5% (yoy).

Tanda jika inflasi sudah "mendarah daging" terlihat dari inflasi inti, yang tidak memasukkan sektor energi dan makanan. Inflasi inti justru melesat 6,3% (yoy), lebih tinggi dari bulan Juli 5,9%.

Dengan inflasi yang masih tinggi, The Fed hampir pasti akan kembali menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin bahkan ada kemungkinan sebesar 100 basis poin pada Kamis (22/9/2022) dini hari waktu Indonesia.

Hal ini terlihat dari perangkat FedWatch milik CME Group, di mana pasar melihat probabilitas sebesar 82% The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin, dan probabilitas sebesar 18% untuk kenaikan 100 basis poin.

Di saat yang sama, bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) juga akan mengumumkan kebijakan moneter.

Dengan nilai poundsterling yang jeblok, ada risiko inflasi akan semakin tinggi. Bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) tentunya akan terus agresif menaikkan suku bunga. BoE diperkirakan akan mengerek suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 2,25% Kamis nanti.

Semakin tinggi suku bunga risiko resesi semakin besar. Apalagi, sudah muncul tanda-tanda pelambatan demand di Inggris. Penjualan ritel bulan Agustus dilaporkan turun 1,6%, yang disebut memberikan gambaran memburuknya konsumsi di Inggris oleh analis dari ING.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar AS 'Sakti Mandraguna', Ini Sederet Korbannya!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular