Ini Sederet Saham yang Bikin IHSG Drop Nyaris 2%

Tri Putra, CNBC Indonesia
16 September 2022 18:10
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan pekan ini dengan koreksi tajam. IHSG melemah 1,87% dan langsung terlempar dari dua level psikologis 7.300 dan 7.200.

Sejak awal perdagangan IHSG konsisten bergerak di zona merah. Mayoritas saham mengalami koreksi pada perdagangan hari ini, Jumat (16/9/2022).

Sebanyak 414 saham mengalami pelemahan dan 156 saham mencatatkan penguatan. Sementara sisanya 128 saham stagnan.

Koreksi tajam IHSG juga didorong oleh anjloknya harga saham-saham blue chip. Tiga saham yang menjadi bottom mover perdagangan hari ini adalah saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).

Saham GOTO melemah 6,77% dan mengalami penurunan terbesar yaitu 30,12 indeks poin. Nilai kapitalisasi pasar GOTO pun anjlok ke Rp 294 triliun.

Saham yang menjadi bottom mover kedua bagi IHSG adalah saham BBCA yang drop 3,43% setelah kemarin mencetak rekor All Time High (ATH).
Sebagai saham dengan market cap lebih dari Rp 1.000 triliun. Pergerakan harga saham BBCA jelas mempengaruhi pergerakan IHSG karena bobotnya besar.

Selanjutnya ada saham BBRI yang juga melemah 2,39% yang melemah 16,2 indeks poin. Berikut rincian saham yang menjadi bottom movers untuk IHSG.

Saham big capFoto: CNBC Indonesia/CBCB
Saham big cap

Semalam Wall Street kembali ditutup melemah. Indeks Dow Jones turun 0,58% sedangkan S&P 500 dan Nasdaq Composite masing-masing melemah 1,13% dan 1,43%.

Inflasi yang sangat tinggi telah membuat investor khawatir bahwa Federal Reserve akan lebih agresif dengan kenaikan suku bunganya, meningkatkan kemungkinan resesi di AS.

"Kebijakan moneter bekerja dengan jeda 6 hingga 12 bulan. Kami yakin kondisi keuangan telah cukup ketat di seluruh ekonomi AS untuk menyebabkan resesi dangkal pada akhir tahun ini atau awal tahun depan," kata Chris Senyek dari Wolfe Research.

"Kondisi keuangan akan semakin ketat karena The Fed dan bank sentral lainnya terus menaikkan suku bunga dan mengejar (pengetatan kuantitatif) di bulan-bulan mendatang."

Berdasarkan perangkat CME FedWatch, peluang kenaikan suku bunga acuan AS sebesar 75 bp menjadi 3,00% - 3,25% adalah 80,0%. Sementara peluang kenaikan suku bunga acuan sebesar100 bp menjadi 3,25% - 3,50% adalah 20%.


(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Tak Jadi Nyungsep Bareng LQ 45, Kenapa Ya?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular