Hiks! IHSG Sesi I Ambruk.. Bruk.. Terjun Bebas 1,68%

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
Jumat, 16/09/2022 12:27 WIB
Foto: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir anjlok pada penutupan perdagangan sesi I Jumat (16/9/2022). IHSG semakin terlempar jauh dari level psikologis 7.300 pada perdagangan hari ini setelah kemarin sempat mencetak sejarah baru dengan melewati harga tertinggi sepanjang masa.

IHSG dibuka melemah 0,24% di posisi 7.287,96 dan ditutup di zona merah dengan koreksi 1,68% atau 122,75 poin ke 7.182,85 pada penutupan perdagangan sesi pertama pukul 11:30 WIB. Nilai perdagangan tercatat turun ke Rp 9,74 triliun dengan melibatkan lebih dari 23 miliar saham.

Menurut data PT Bursa Efek Indonesia (BEI), sejak perdagangan dibuka IHSG sudah berada di zona merah. Selang 5 menit perdagangan IHSG anjlok 0,47% ke 7.271,1. Indeks terus melanjutkan pelemahan hingga jauh meninggalkan level psikologis 7.300. Pukul 10:48 WIB IHSG terpantau makin anjlok 1,54% ke 7.193,32 dan konsisten melemah hingga penutupan perdagangan sesi I.


Level tertinggi berada di 7.299,03 sesaat setelah perdagangan dibuka sementara level terendah berada di 7.177,79 sekitar pukul 10:55 WIB. Mayoritas saham siang ini melemah yakni sebanyak 391 unit, sedangkan 155 unit lainnya menguat, dan 141 sisanya stagnan.

Saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menjadi saham yang paling besar nilai transaksinya siang ini, yakni mencapai Rp 1,1 triliun. Sedangkan saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menyusul di posisi kedua dengan nilai transaksi mencapai Rp 484,8 miliar dan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) di posisi ketiga sebesar Rp 408,2 miliar.

IHSG gagal mempertahankan posisinya di level All Time High (ATH) 7.377,5 kemarin. Pergerakan IHSG siang ini mengekor tiga indeks Wall Street yang kompak turun semalam karena laporan ekonomi yang menunjukkan gambaran suram dari ekonomi Amerika Serikat (AS).

Dow Jones Industrial Average turun 173 poin, atau 0,56% menjadi 30.961,82. S&P 500 turun 1,13% menjadi 3.901,35 dan Nasdaq Composite turun 1,43% menjadi 11.552,36.

Laporan indeks harga konsumen Agustus menunjukkan inflasi utama naik 0,1% pada basis bulanan, meskipun ada penurunan harga gas.

Inflasi yang sangat tinggi telah membuat investor khawatir bahwa The Federal Reserve akan lebih agresif dengan kenaikan suku bunganya, meningkatkan kemungkinan resesi di AS.

"Kebijakan moneter bekerja dengan jeda 6 hingga 12 bulan. Kami yakin kondisi keuangan telah cukup ketat di seluruh ekonomi AS untuk menyebabkan resesi dangkal pada akhir tahun ini atau awal tahun depan," kata Chris Senyek dari Wolfe Research.

Berdasarkan perangkat CME FedWatch, peluang kenaikan suku bunga acuan AS sebesar 75 bp menjadi 3,00-3,25% adalah 80,0%. Sementara peluang kenaikan suku bunga acuan sebesar 100 bp menjadi 3,25-3,50% adalah 20%.

Kenaikan suku bunga berkorelasi negatif terhadap harga saham karena dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi bahkan resesi pada saat ini.

Saat suku bunga meningkat, bunga kredit pun turut naik sehingga akan membebani ekspansi korporasi dan konsumsi rumah tangga. Akibatnya roda ekonomi tidak berputar sehingga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Kondisi tersebut kemudian menciptakan pesimisme di pasar.

Dari dalam negeri, ada kabar positif yang datang dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang melaporkan neraca dagang Indonesia yang surplus selama 28 bulan beruntun sebagai sinyal bahwa fundamental ekonomi Indonesia masih solid.

Neraca perdagangan Indonesia surplus US$ 5,76 miliar pada Agustus 2022. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekspor Indonesia pada periode Agustus 2022 berhasil tumbuh 30,15% secara year on year (yoy) mencapai US$ 27,91 miliar.

Sementara impor pada periode yang sama US$ 22,15 miliar naik 32,81% yoy. Capaian ini juga sekaligus mencatatkan surplus sebanyak 28 kali berturut-turut.

Pencapaian ini lebih tinggi dari konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 lembaga yang memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Agustus sebesar US$ 4,12 miliar. Surplus menurun tipis dibandingkan Juli 2022 yang mencapai US$ 4,23 miliar.

Namun nyatanya kabar baik dari dalam negeri ini belum mampu menjadi katalis positif bagi IHSG pada perdagangan sesi I siang ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aum/vap)