
Bak Malaikat! Orang Ini Sumbang Rp 44 T Guna Selamatkan Dunia

Menurut Direktorat Jendral Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup (Ditjen PPI Kemen LHK), perubahan iklim berdampak sangat luas pada kehidupan masyarakat.
Kenaikan suhu bumi tidak hanya berdampak pada naiknya temperatur bumi tetapi juga mengubah sistem iklim yang mempengaruhi berbagai aspek pada perubahan alam dan kehidupan manusia, seperti kualitas dan kuantitas air, habitat, hutan, kesehatan, lahan pertanian dan ekosistem wilayah pesisir.
Menurut riset dari Profesor Richard Tol dari Sussex University, Inggris pada tahun 2015 silam, memperkirakan dampak negatif pemanasan global akan melampaui dampak positifnya bila terjadi peningkatan suhu sampai 1,1 derajat celsius.
"Banyak orang berpendapat kalau sedikit pemanasan mungkin menguntungkan bagi manusia, bila diukur berdasarkan laba bersih dalam dolar, tetapi pemanasan yang lebih tinggi akan merugikan," kata Profesor Tol kepada BBC pada saat itu.
Menurut Tol, diskusi soal dampak peningkatan temperatur di bawah 2 derajat celsius tidak relevan karena bumi kemungkinan akan memanas 3-5 derajat celsius.
Hal ini akibat para politisi tak akan rela atau mampu melakukan penghematan yang dibutuhkan demi mempertahankan peningkatan suhu di bawah 2 derajat celsius.
Dia mengatakan peningkatan sampai 4 derajat celsius akan bisa diatasi oleh Eropa dan negara lain yang cukup kaya untuk menanggung biaya yang dibutuhkan untuk adaptasi. Cara terbaik mengatasi perubahan iklim adalah memaksimalkan pertumbuhan ekonomi.
Perubahan iklim juga dapat menyebabkan curah hujan menjadi lebih tinggi dan akan mengakibatkan menurunnya kualitas sumber air. Selain itu, kenaikan suhu juga mengakibatkan kadar klorin pada air bersih.
Pemanasan global akan meningkatkan jumlah air pada atmosfer, yang kemudian meningkatkan curah hujan. Meski kenaikkan curah hujan sebetulnya dapat meningkatkan jumlah sumber air bersih, namun curah hujan yang terlalu tinggi mengakibatkan tingginya kemungkinan air untuk langsung kembali ke laut, tanpa sempat tersimpan dalam sumber air bersih untuk digunakan manusia.
Di Indonesia dalam beberapa hari terakhir, terutama di kawasan Jabodetabek, cuaca hujan yang cukup lebat sempat melanda kawasan tersebut. Padahal seharusnya di bulan September, intensitas hujan cenderung rendah dan masih memasuki musim kemarau.
Namun dengan adanya perubahan iklim, kondisi cuaca di Indonesia kini sulit diprediksi. Terkadang pagi hari masih cerah, kemudian siang harinya langsung mendung dan mengalami hujan deras.
Selain itu, perubahan iklim juga turut mempengaruhi masa panen pangan, di mana potensi gagal panen cenderung membesar akibat cuaca yang sulit diprediksi. Potensi gagal panen akibat banjir atau kekeringan parah di musim kemarau menjadi salah satu dampak dari iklim yang sudah berubah drastis.
Perubahan iklim tidak hanya berdampak pada lingkungan saja, tetapi juga pada perilaku dan kesehatan masyarakat. Perubahan iklim dapat mengakibatkan perubahan cuaca yang sangat ekstrim, sehingga menimbulkan beberapa perubahan perilaku dan mental manusia, seperti meningkatnya alergi dan risiko sakit jantung.
Cuaca ekstrim dapat memicu masalah psikologis. Orang-orang yang tinggal di wilayah dengan iklim yang terbilang intens yakni yang sering badai, lebih rentan mengalami gangguan kejiwaan.
Bencana badai disebut dapat menyebabkan stress, sedangkan pasca bencana dapat menyebabkan gangguan psikologis berkepanjangan bagi orang yang tinggal di daerah bencana.
Intensitas hujan yang sering berubah-ubah sering membawa pilek ke banyak orang. Tapi jika Anda mendapat alergi musiman sepanjang tahun ini, maka dapat dipastikan alergi akan kian parah saat musim hujan.
Selain itu, cuaca panas yang berlebih dapat memicu risiko sakit jantung. Temperatur udara yang meningkat dapat mempengaruhi kesehatan jantung.
Kemudian, jika seseorang mengalami dehidrasi dan terpapar serangan panas yang cukup tinggi maka dapat berpotensi memicu kerusakan otak. Hal itu dapat dipastikan berpengaruh juga pada perilaku.
Memang banyak masalah yang akan ditimbulkan dari perubahan iklim, mulai dari cuaca yang sulit diprediksi hingga mempengaruhi aktivitas masyarakat, banyaknya bencana alam berubah banjir atau tanah longsor di musim hujan, dan mempengaruhi kesehatan masyarakat.
Oleh karena itu, perubahan iklim akibat pemanasan global perlu dihindari. Banyak negara yang kini mulai meninggalkan energi fosil dan beralih ke energi hijau untuk menyelamatkan lingkungan.
Namun, hal ini sepertinya masih akan ditempuh melalui jalan yang cukup terjal. Pasalnya dengan adanya perang antara Rusia-Ukraina dan Negara Barat, mereka justru mengalami krisis energi karena energi fosil dibatasi akibat adanya embargo.
Memang dilematis, di saat banyak negara-negara berlomba-lomba untuk menciptakan energi hijau, tetapi kini malah justru sebaliknya akibat adanya perang.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> RI Bisa Rugi Rp 112 Triliun
(chd/chd)