
Kemarin Bervariasi, Hari ini Yield Mayoritas SBN Nanjak

Jakarta, CNBCIndonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup melemah pada perdagangan Kamis (15/9/2022), di mana investor kembali bersikap positif setelah sehari sebelumnya mereka bersikap pesimis.
Mayoritas investor melepas SBN pada hari ini, ditandai dengan naiknya imbal hasil (yield). Namun di SBN tenor 3, 15, dan 25 tahun, investor ramai memburunya, ditandai dengan turunnya yield.
Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 3 tahun turun 0,6 basis poin (bp) ke posisi 6,098%. Sedangkan yield SBN bertenor 15 tahun melandai 3,2 bp ke 6,926% dan yield SBN berjangka waktu 25 tahun menurun 1,5 bp menjadi 7,516%.
Sementara untuk yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan (benchmark) negara meningkat 4,6 bp ke posisi 7,17%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Kemarin, saat pelaku pasar cenderung pesimis, mereka melepas aset berisiko seperti saham dan kripto. Tetapi di pasar SBN, mereka cenderung bervariasi, ada yang memburunya, ada juga yang melepasnya.
Aksi jual aset berisiko terjadi karena investor cenderung panic selling karena inflasi di Amerika Serikat (AS) pada periode Agustus 2022 meleset dari ekspektasi pasar.
Inflasi AS dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) periode Agustus 2022 dilaporkan hanya turun sedikit menjadi 8,3% (year-on-year/yoy), dari sebelumnya pada Juli 2022 sebesar 8,5%. Angka ini masih lebih tinggi dari prediksi pasar yang memperkirakan IHK AS turun menjadi 8,1%.
Sedangkan secara bulanan (month-to-month/mtm), IHK Negeri Paman Sam periode bulan lalu naik 0,1%.
Meski pada hari ini pasar tidak lagi merespons berlebihan dan mereka kembali memburu aset berisiko, tetapi IHK AS per Agustus yang masih tinggi dapat membuat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) melanjutkan kenaikan secara agresif lebih lama dari yang diantisipasi oleh investor.
Pelaku pasar menilai langkah agresif The Fed dalam menurunkan suku bunga akan berlanjut pada bulan ini. Kebijakan moneter tersebut akan diumumkan pada setelah pertemuan (FOMC) yang dilaksanakan pada 20-21 September 2022.
Berdasarkan perangkat CME FedWatch, peluang kenaikan suku bunga acuan AS sebesar 75 bp menjadi 3,00% - 3,25% adalah 74%. Sementara peluang kenaikan suku bunga acuan sebesar 100 bp menjadi 3,25% - 3,50% adalah 26%.
Dengan inflasi AS yang masih tinggi dan potensi sikap The Fed yang masih hawkish, yield obligasi pemerintah AS (US Treasury) kembali menanjak, terutama yield SBN berjangka pendek yakni tenor 2 tahun.
Dilansir dari CNBC International, yield Treasury tenor 2 tahun kembali naik 4,9 bp menjadi 3,831%. Yield Treasury tenor 2 tahun sudah berada di kisaran 3,8% sejak Rabu kemarin, di mana level ini merupakan yang tertinggi sejak tahun 2007.
Yield Treasury jangka pendek paling sensitif terhadap kebijakan The Fed dan sentimen dari inflasi, sehingga jika inflasi masih tinggi dan The Fed masih bersikap hawkish, maka yield Treasury tersebut cenderung akan terus menanjak.
Tak hanya Treasury berjangka pendek saja, yield Treasury berjangka menengah yang juga menjadi benchmark obligasi pemerintah Negeri Paman Sam, yakni Treasury berjatuh tempo 10 tahun juga naik 4,3 bp ke posisi 3,455%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi