Bursa Asia Ditutup Menghijau! Efek Inflasi AS Mulai Hilang?

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
15 September 2022 16:51
A man walks in front of an electronic stock board showing Japan's Nikkei 225 index at a securities firm in Tokyo Wednesday, June 17, 2020. Major Asian stock markets declined Wednesday after Wall Street gained on hopes for a global economic recovery and Japan's exports sank. (AP Photo/Eugene Hoshiko)
Foto: Bursa Jepang (AP/Eugene Hoshiko)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup menguat pada perdagangan Kamis (15/9/2022), setelah sehari sebelumnya ditutup berjatuhan akibat investor cenderung merespons negatif dari rilis data inflasi di Amerika Serikat (AS).

Indeks Nikkei Jepang ditutup menguat 0,21% ke posisi 27.875,91, Hang Seng Hong Kong bertambah 0,44% ke 18.930,38, Straits Times Singapura melaju 0,31% ke 3.267,98, ASX 200 Australia naik 0,21% ke 6.842,9, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terapresiasi 0,38% menjadi 7.305,6.

Namun untuk indeks Shanghai Composite China ditutup ambles 1,16% ke posisi 3.199,92 dan KOSPI Korea Selatan melemah 0,4% menjadi 2.401,83.

Indeks Shanghai ditutup ambles setelah bank sentral China (People Bank of China/PBoC) memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga Medium-term Lending Facility (MLF) tenor 1 tahun di level 2,75%.

Hal ini sesuai dengan prediksi pasar sebelumnya di survei Reuters yang memperkirakan PBoC tetap mempertahankan suku bunga MLF 1 tahun di 2,75%.

Secara terpisah, media pemerintah China melaporkan bahwa beberapa bank akan memangkas suku bunga deposito.

Sementara itu dari Australia, tingkat pengangguran pada periode Agustus 2022 naik menjadi 3,5%, dengan tingkat pengangguran kaum muda di 8,4% pada bulan lalu.

Bursa Asia-Pasifik mengikuti pergerakan bursa saham AS, Wall Street yang berhasil rebound pada perdagangan Rabu kemarin waktu AS.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup naik 0,1%, S&P 500 menguat 0,34%, dan Nasdaq Composite terapresiasi 0,74%.

Sebelumnya pada Selasa lalu, Dow Jones ambruk 3,94%, S&P 500 anjlok 4,32%, dan Nasdaq Composite longsor 5,16%.

Pergerakan pasar tersebut terjadi setelah dirilisnya data inflasi AS dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) periode Agustus 2022 yang menunjukkan inflasi utama naik 0,1% (month-to-month/mtm), meskipun ada penurunan harga gas.

Laporan inflasi semakin meningkatkan ekspektasi bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bp) pada pertemuan 20-21 September.

IHK AS per Agustus yang masih tinggi dapat membuat The Fed melanjutkan kenaikan secara agresif lebih lama dari yang diantisipasi oleh investor.

Para pelaku pasar menilai langkah agresif The Fed dalam menurunkan suku bunga akan berlanjut pada bulan ini. Kebijakan moneter tersebut akan diumumkan setelah pertemuan (FOMC) yang dilaksanakan pada 20-21 September 2022.

Berdasarkan perangkat CME FedWatch, peluang kenaikan suku bunga acuan AS sebesar 75 bp menjadi 3,00-3,25% adalah 74%. Sementara peluang kenaikan suku bunga acuan sebesar 100 bp menjadi 3,25-3,50% adalah 26%.

Merespons data inflasi AS yang masih cukup tinggi, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) berjangka pendek yakni tenor 2 tahun kembali menyentuh level 3,8%, di mana level ini merupakan yang tertinggi sejak tahun 2007.

Yield Treasury jangka pendek paling sensitif terhadap kebijakan The Fed dan sentimen dari inflasi, sehingga jika inflasi masih tinggi dan The Fed masih bersikap hawkish, maka yield Treasury cenderung akan terus menanjak.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perdagangan Perdana di 2024, Bursa Asia Dibuka Beragam

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular