
Rekor Baru! IHSG Sesi I Lompat 1,17%, Bertahan di 7.300-an

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir menguat pada penutupan perdagangan sesi I Kamis (15/9/2022), menyusul bursa saham Amerika Serikat (AS) yang rebound pada perdagangan semalam. Sementara, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia kembali surplus pada Agustus 2022.
IHSG dibuka menguat 0,45% di posisi 7.311,06 dan ditutup di zona hijau dengan apresiasi 1,17% atau 85,34 poin ke 7.363,42 pada penutupan perdagangan sesi pertama pukul 11:30 WIB. Nilai perdagangan tercatat turun ke Rp 10,75 triliun dengan melibatkan lebih dari 18 miliar saham.
Menurut data PT Bursa Efek Indonesia (BEI), sejak perdagangan dibuka IHSG sudah melesat dan kembali ke level psikologis 7.300 pagi tadi. Selang 5 menit perdagangan, IHSG terpantau naik 1% ke level 7.350,47.
Memasuki pukul 10:35 WIB, IHSG sukses memecah rekor tertinggi sepanjang sejarah yang dibukukan April silam. IHSG terpantau menguat menyentuh level tertinggi di 7.372,75 sesaat sebelum perdagangan ditutup sementara level terendah berada di 7.311,06 sesaat setelah perdagangan dibuka.
Mayoritas saham siang ini menguat yakni sebanyak 298 unit, sedangkan 216 unit lainnya melemah, dan 182 sisanya stagnan.
Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menjadi saham yang paling besar nilai transaksinya hari ini, yakni mencapai Rp 730,7 miliar. Sedangkan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menyusul di posisi kedua dengan nilai transaksi mencapai Rp 690,1 miliar dan saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) di posisi ketiga sebesar Rp 376,9 miliar.
Pergerakan IHSG siang ini mengekor tiga indeks Wall Street yang berhasil rebound setelah mengalami kejatuhan yang terburuk dalam dua tahun terakhir. Ini kemudian menjadi sinyal positif bagi IHSG siang ini.
Dow Industrial Average naik tipis 30,12 poin, atau 0,10% menjadi 31.135,09. S&P 500 naik 0,34% menjadi 3.946,01 dan Nasdaq Composite menguat sekitar 0,74% menjadi 11.719,68.
Di sisi lain, investor masih mencermati efek dari hasil inflasi AS pada Agustus yang berada di atas perkiraan terhadap kebijakan kenaikan suku bunga oleh The Fed, bank sentral AS.
Laporan indeks harga konsumen (CPI) AS pada Agustus lebih tinggi dari perkiraan. Laju inflasi tahunan sebesar 8,3% year-on-year/yoy,lebih tinggi dari perkiraan sebesar 8,1% yoy.
Sementara secara bulanan naik 0,1% month-to-month/mtm meskipun terjadi penurunan harga gas. Inflasi inti sendiri naik 0,6% mtm. Kenaikan ini lebih tinggi dari konsensus, di mana terjadi penurunan 0,1% untuk inflasi umum dan kenaikan 0,3% untuk inflasi inti.
Para pelaku pasar menilai langkah agresif The Fed dalam menurunkan inflasi akan berlanjut pada bulan ini. Kebijakan moneter tersebut akan diumumkan setelah pertemuan (FOMC) yang dilaksanakan pada 20-21 September 2022.
"Aksi jual Selasa adalah pengingat bahwa reli berkelanjutan kemungkinan memerlukan bukti yang jelas bahwa inflasi berada dalam tren menurun. Dengan ketidakpastian makroekonomi dan kebijakan yang meningkat, kami memperkirakan pasar akan tetap bergejolak di bulan-bulan mendatang," kata Mark Haefele, CIO dari UBS Global Wealth Management, dalam catatannya.
Berdasarkan perangkat CME FedWatch, peluang kenaikan suku bunga acuan AS sebesar 75 bp menjadi 3,00-3,25% adalah 76,0%. Sementara peluang kenaikan suku bunga acuan sebesar 100 bp menjadi 3,25-3,50% adalah 24%.
Dari dalam negeri, kabar positif datang dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang melaporkan neraca perdagangan Indonesia kembali surplus pada Agustus 2022, yaitu US$ 5,76 miliar.
Sementara impor pada periode yang sama US$ 22,15 miliar naik 32,81% yoy. Capaian ini juga sekaligus mencatatkan surplus sebanyak 28 kali berturut-turut.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Agustus sebesar US$ 4,12 miliar. Surplus menurun tipis dibandingkan Juli 2022 yang mencapai US$ 4,23 miliar.
Konsensus juga menunjukkan bahwa ekspor akan tumbuh 19,09% (year on year/yoy) sementara impor meningkat 27,9%.
Pergerakan IHSG juga tampaknya masih bisa terpengaruh oleh gerak sektor energi dan tambang di tengah penguatan harga komoditas dunia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aum/vap) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000