Rupanya Ini yang Bikin Crazy Rich di Asia Khawatir

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
12 September 2022 16:34
Infografis, Bikin Cepet Tajir, Ini 10 Bidang Usaha yang Dijalankan Crazy Rich Dunia
Foto: Infografis/ Bikin Cepet Tajir, Ini 10 Bidang Usaha yang Dijalankan Crazy Rich Dunia/ Edward Ricardo Sianturi

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor terkaya atau crazy rich investor di Asia-Pasifik beralih menjadi wait and see, setelah mereka secara agresif berinvestasi sejak awal pandemi Covid-19 karena kekhawatiran atas volatilitas pasar.

Hal ini dikemukakan dalam survei baru dari bank swasta asal Swiss, Lombard Odier, di mana para investor crazy rich tersebut mulai selektif dalam berinvestasi.

Survei terhadap 450 investor kaya di kawasan ini, di mana mereka memiliki aset investasi minimal US$ 1 juta mengungkapkan kekhawatiran utama mereka.

Hal ini termasuk bagaimana mengelola volatilitas pasar saat ini dan risiko geopolitik, serta bagaimana mendiversifikasi portofolio mereka dengan lebih baik untuk mengurangi risiko ini, menurut Studi Individu HNWI (High-Net-Worth Individual) 2022.

Urgensi strategi ini telah meningkat sejak survei pada tahun 2020.

"Selama puncak Covid-19 pada tahun 2020, mayoritas HNWI di Asia-Pasifik yang disurvei tidak mengubah karakteristik portofolio mereka dan mengadopsi pendekatan wait and see," kata Lombard Odier, Head of Ultra High Net Worth Individuals Offering Asia, Jean- Franois Aboulker, dikutip dari CNBC International.

Inflasi Tinggi Turut Mempengaruhinya

Kini, sekitar 68% investor di Singapura, Hong Kong, Jepang, Thailand, Filipina, Indonesia, Taiwan, dan Australia telah menyesuaikan kembali atau mengubah portofolio mereka untuk menghadapi kondisi pasar yang lebih baik saat ini.

Sekitar 77% dari mereka yang disurvei mengatakan kenaikan inflasi dan prospek resesi adalah yang paling meresahkan. Pelaku pasar di Singapura paling khawatir dengan kondisi ini.

"Bahkan Jepang, di mana inflasi mendekati nol selama lebih dari tiga dekade, sekarang menghadapi tekanan inflasi, dan 69% HNWI di Jepang mengkhawatirkannya," kata laporan itu.

Kenaikan Suku Bunga

Investor kaya di kawasan ini umumnya tidak terlalu peduli dengan kemungkinan kenaikan suku bunga, terutama karena mereka berpikir sebagian besar pemerintah akan berhati-hati untuk tidak menaikkan suku bunga sampai pada titik yang dapat merusak pertumbuhan ekonomi.

Namun, investor di Australia dan Indonesia tidak begitu yakin. Mayoritas dari mereka yang disurvei, sekitar 70%, mengatakan bahwa suku bunga yang lebih tinggi adalah menjadi yang paling dikhawatirkan oleh mereka.

Risiko Geopolitik

Investor di Filipina paling khawatir dengan ketidakstabilan geopolitik, sementara investor di Hong Kong dan Singapura juga menyebut ketegangan geopolitik sebagai salah satu risiko utama dalam 12 bulan ke depan.

Mereka khawatir tentang dampak risiko geopolitik dan konflik pada pengembalian investasi mereka, dengan banyak yang mengharapkan pengembalian yang lebih rendah di masa depan. Mereka juga khawatir mereka mungkin kehilangan peluang selama masa volatilitas ini.

Banyak orang di Hong Kong dan Jepang mempertanyakan keefektifan strategi diversifikasi mereka saat ini mengingat bagaimana lingkungan jatuhnya harga saham, pelebaran selisih (spread) kredit, dan suku bunga jangka panjang yang tinggi saat ini telah berdampak negatif pada portofolio mereka.

Bagaimana Solusinya?

Dalam upaya memitigasi risiko tersebut, ada dua hal yang terjadi. Pertama, investor crazy rich tersebut telah bersikap lebih konservatif dan lebih banyak mengalihkan aset investasinya dari saham atau obligasi, ke investasi di perusahaan mereka sendiri.

Banyak juga yang memasukkan uang ke dalam aset yang "lebih aman" seperti uang tunai dan emas. Beberapa juga berinvestasi dalam aset swasta termasuk ekuitas swasta, utang swasta, real estate dan investasi infrastruktur.

Selain itu, banyak investor telah pindah dari pasar domestik mereka dalam dua tahun terakhir. Untuk mengelola ketidakpastian pasca-Covid-19, campuran investasi yang lebih global dalam portofolio mereka telah dihasilkan, di mana investor Jepang dan Indonesia secara aktif melakukan ini.

"Bahkan jika dampak Covid-19 bersifat global, ada perbedaan yang signifikan dalam pengembalian ekuitas di berbagai negara dan kelas aset tertentu kurang terwakili di beberapa pasar," kata Aboulker dari Lombard Odier, dilansir dari CNBC International.

"Para investor sudah lebih canggih, dan memahami pentingnya pendekatan jangka panjang dalam mencari aset di luar pasar domestik mereka, sambil mengurangi ketergantungan mereka pada faktor domestik," tambahnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA  


(chd/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Siapakah Sosok Investor Terbesar di Dunia? Ini Jawabannya!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular