
Kode Buat IHSG Besok, Cuma Bursa China yang Memerah

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup di zona hijau pada perdagangan Kamis (8/9/2022), meski bank sentral Amerika Serikat (AS) dan bank sentral Eropa diramal masih bersikap hawkish.
Indeks Nikkei Jepang ditutup melejit 2,31% ke posisi 28.065,28, ASX 200 Australia melonjak 1,77% ke 6.848,7, Straits Times Singapura melesat 0,71% ke 3.233,61, KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,33% ke 2.384,28, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir menguat 0,63% menjadi 7.232,02.
Namun untuk indeks Hang Seng Hong Kong dan Shanghai Composite China ditutup di zona merah pada hari ini. Hang Seng ambles 1% ke posisi 18.854,62 dan Shanghai berakhir melemah 0,33% menjadi 3.235,59.
Dari Jepang, ekonominya pada kuartal kedua tahun ini tumbuh lebih dari yang diharapkan, karena adanya pencabutan pembatasan Covid-19 lokal yang mendorong tingkat belanja konsumen dan bisnis.
Data pertumbuhan ekonomi Jepang yang tergambarkan pada Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal II-2022 tumbuh 3,5% secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih kuat dari perkiraan awal yang tumbuh 2,2%, berdasarkan data pemerintah Jepang.
Angka tersebut juga lebih baik dari perkiraan pasar yang memperkirakan kenaikan 2,9%.
Ini menunjukkan bahwa permintaan domestik di Jepang mengalami peningkatan moderat, setelah pemerintah menghapus pembatasan Covid-19 pada kegiatan ekonomi di akhir kuartal pertama tahun ini.
Konsumsi swasta, yang membentuk lebih dari setengah PDB Jepang tumbuh 1,2%, direvisi naik dari perkiraan awal kenaikan 1,1%.
Sedangkan belanja modal naik 2,0%, juga direvisi naik dari perkiraan awal kenaikan 1,4% dan lebih dari perkiraan pasar yang memperkirakan kenaikan 1,8%.
Jepang telah tertinggal dari negara-negara dengan ekonomi utama lainnya dalam melepaskan hambatan dari pandemi karena pemulihan konsumsi yang lambat, di mana hal ini sebagian disalahkan pada konsumen yang menua yang enggan meningkatkan pengeluaran layanan karena kekhawatiran infeksi Covid-19.
Di lain sisi, Jepang juga berbeda dengan negara-negara lainnya yang bank sentralnya sudah bersikap hawkish. Bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) justru masih mempertahankan sikap dovish-nya, di mana bank sentral Negeri Sakura tersebut masih mempertahankan suku bunga acuannya di level rendah.
Di lain sisi, pelaku pasar di Asia-Pasifik tertuju pada bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) hari ini, di mana ECB dijadwalkan akan mengumumkan kebijakan moneter terbarunya.
Pasar memprediksikan adanya kenaikan suku bunga yang akan mengorbankan pertumbuhan ekonomi di wilayahnya, sebab biaya hidup meningkat dan berpotensi akan melonjak lebih tinggi lagi.
Tingkat inflasi di zona Eropa diprediksikan akan melesat hingga 10% untuk beberapa bulan ke depan karena kemungkinan Indeks Harga Konsumen (IHK) akan meroket.
Pasar memproyeksikan kenaikan suku bunga acuan jumbo dari ECB hingga 75 basis poin (bp) hari ini.
Tak hanya ECB saja, bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) juga diramal masih akan hawkish, di mana pelaku pasar memprediksi bahwa bank sentral Negeri Paman Sam tersebut akan kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 bp pada akhir bulan ini.
Asal tahu saja, The Fed sudah mengerek naik suku bunga acuannya sebanyak 4 kali menjadi 2,25% sepanjang tahun ini.
Di bulan Juni dan Juli, The Fed menaikkan Federal Funds Rate (FFR) masing-masing sebesar 75 bp dan menjadi pengetatan moneter sejak tahun 1990-an.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perdagangan Perdana di 2024, Bursa Asia Dibuka Beragam
