
Emiten Sawit Grup Bakrie Akhirnya Berhasil Cuan Gegara Ini!

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah sekian lama mencatatkan kerugian, emiten sawit milik Grup Bakrie yaitu PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) akhirnya mencatatkan untung.
Pada semester I-2022, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk UNSP mencapai Rp 329 miliar. Padahal di periode yang sama tahun sebelumnya UNSP masih merugi sebesar Rp 238 miliar.
Asal tahu saja, UNSP secara konsisten membukukan rugi bersih sejak tahun 2016 hingga tahun 2020. Pada 2016 kerugian yang dialami perseroan tercatat sebesar Rp 483 miliar.
Namun kerugian tersebut terus membengkak. Puncaknya pada 2019 ketika rugi bersih yang diderita mencapai Rp 4,5 triliun.
Kerugian yang terus membesar tersebut akhirnya memicu defisiensi modal. Nilai ekuitas perseroan negatif yang berarti porsi kewajibannya sangatlah besar.
Saking besarnya porsi kewajiban perseroan sampai bisa dikatakan bahwa seluruh aset yang dimiliki oleh perseroan dibiayai atas utang.
Defisiensi modal UNSP telah terjadi sejak tahun 2017 sampai sekarang. Oleh sebab itu sahamnya mendapatkan tanda khusus dari otoritas bursa berupa simbol E yang bermakna memiliki ekuitas negatif.
Namun sebenarnya faktor apa yang membuat UNSP secara tiba-tiba berbalik menjadi untung?
Mengacu pada laporan keuangan perseroan, penjualan UNSP justru turun tajam dari Rp 1,77 triliun pada Juni 2021 menjadi Rp 1,45 triliun pada Juni 2022. Artinya top line UNSP turun 18% year on year (yoy).
Marjin laba kotor UNSP juga turun dari 26% pada semester I 2021 menjadi 24% pada paruh pertama tahun ini karena penurunan Beban Pokok Penjualan (HPP) lebih kecil dibandingkan dengan penurunan pendapatannya.
Laba kotor UNSP juga turun 25% menjadi Rp 349,3 miliar pada semester I tahun ini. Penurunan laba kotor juga diikuti oleh penurunan beban operasional dan bunga.
Untuk diketahui, beban penjualan, beban umum dan administrasi, rugi kurs, dan beban keuangan neto perseroan susut menjadi Rp 522,7 miliar atau turun hampir 30% yoy.
Namun dengan laba kotor senilai Rp 349,3 miliar dan beban operasional serta keuangan mencapai Rp 522,7 miliar, seharusnya perseroan masih mencatatkan kerugian operasional sebesar Rp 173,4 miliar.
Lantas dari mana datangnya laba bersih yang mencapai Rp 329,1 miliar tersebut? Jawabannya ada di pos lain-lain.
Pada semester I tahun ini, pos lain-lain neto mencatatkan surplus senilai Rp 864 miliar. Padahal tahun lalu pos ini negatif Rp 87 miliar.
Mengacu pada catatan laporan keuangan UNSP, surplus tersebut didorong oleh pencatatan keuntungan atas kehilangan pengendalian entitas anak yang mencapai Rp 856 miliar.
Secara akuntansi atau pencatatan, pos ini muncul ketika suatu perusahaan melakukan penjualan aset tertentu (divestasi) dan selisihnya dicatatkan di laporan laba rugi.
Sementara di bagian neraca (balance sheet), hasil dari divestasi yang signifikan, aset maupun liabilitasnya tidak lagi tercatat.
Jadi bisa dikatakan bahwa membaiknya kinerja keuangan UNSP bukan disebabkan karena adanya improvement dari sisi bisnis baik peningkatan top line maupun dari upaya efisiensi yang signifikan.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIAÂ
(trp/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Minyak Goreng Masih Mahal, Sahamnya Mulai 'Murah'