
INDEF Dorong Kurangi Beban BI, Ada Apa Ini?

Jakarta, CNBC Indonesia - Wakil Direktur INDEF Eko Listiyanto mengatakan, dalam menghadapi tantangan ekonomi global perlu ada kebijakan moneter yang dapat mendukung APBN. Dalam hal ini, Bank Indonesia (BI) harus mengakhiri upaya pemerataan beban atawa burden sharing karena tekanan yang akan dihadapi akan berbeda dengan sebelumnya.
"Tentu saja, ini hal tidak mudah, karena tahun depan defisit sudah kami tetapkan di bawah 3% untuk APBN, di sisi lain BI harus akhiri upaya lakukan burden sharing ke depan," ujarnya dalam acara Sarasehan 100 Ekonom oleh CNBC Indonesia, Rabu (7/9/2022).
Eko memaparkan, pengaruh geopolitik akan sangat berdampak pada perekonomian global yang akan berimbas pada kebijakan moneter di berbagai bank sentral negara. Pada saat yang bersamaan, hampir seluruh negara mengacu pada perubahan kebijakan suku bunga bank sentral AS.
"Geopolitik akan lama. Artinya, tahun depan kemungkinan fenomena geopolitik akan berlanjut dan mempengaruhi ekonomi global. Dampaknya ke dinamika suku bunga. Kita tau epicentrum suku bunga dari AS, jika AS masih tren meningkat kaya sekarang , biasanya negara lain ikuti termasuk kita akan demikian," jelasnya.
Ke depan, lanjut Eko, kondisi pasca krisis Covid-19 yang berangsur pulih, secara perlahan harus berupaya untuk kembali dalam kebijakan yang normal. "Pelan-pelan harus diupayakan kalau pulih jangan dibantu terus. aspek pemberhentian burden sharing komitmen bersama dan menjaga kredibilitas pasar ke depan," imbuhnya.
Dengan demikian, mekanisme ekonomi dapat kembali diserahkan pada pasar. Hal ini juga untuk menjaga kredibiiltas pasar ke depan. "Pelaku domestik kami perbesar dan asing kembali masuk pasar kita. Ramaikan pasar kita, kami berharap yield bisa ditekan jadi bisa lebih efisien untuk pembangunan Indo kedepan," ungkapnya.
Eko menambahkan, dari segi pembiayaan pun harus berbeda dengan situasi pandemi. Sebab, Kedepannya akan berkaitan dengan pergerakan Surat Berharga Negara (SBN) atay instrumen investasi yang tetap didorong melalui pasar. "Jadi intervensi BI itu memang harusnya di pasar sekunder," pungkasnya.
(RCI/dhf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BI Ramal Suku Bunga Fed Turun di Semester II-2024