Dolar AS To The Moon, Rupiah Dkk Ambrol Berjamaah!
Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah sempat menguat di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), kemudian terkoreksi hingga di pertengahan perdagangan Rabu (7/9/2022). Rilis data ekonomi yang solid, nyatanya belum mampu menopang Mata Uang Garuda.
Mengacu pada data Refinitiv, rupiah menguat pada pembukaan perdagangan sebanyak 0,13% ke 14.905/US$. Sayangnya, rupiah membalikkan arah hingga terkoreksi 0,27% ke Rp 14.925/US$ pada pukul 11:00 WIB.
Indeks dolar AS yang mengukur kinerja si greenback terhadap enam mata uang lainnya, kembali menyentuh rekor tertinggi sejak 2 dekade pada hari ini. Pada pukul 11:00 WIB, indeks dolar AS menguat 0,36% ke posisi 110,614. Bahkan, di sepanjang tahun ini, indeks dolar AS telah melesat 15%.
Analis memprediksikan bahwa dolar AS masih ditopang oleh berbagai katalis, sehingga akan tetap berada di posisi yang tinggi untuk beberapa waktu yang lama.
"Dengan sebagian besar perbedaan suku bunga yang lebih tinggi dan fungsi dolar AS sebagai mata uang safe haven, akan tetap mendukung dolar AS. Mata uang tersebut kemungkinan akan tetap kuat lebih lama," tutur Ahli Strategi Mata Uang UniCredit Roberto Mialich dikutip Reuters.
"Dolar AS antara sekarang dan setidaknya hingga akhir tahun akan tetap lebih kuat secara keseluruhan," tambahnya.
Namun, jajak pendapat analis Reuters memprediksikan bahwa dolar AS akan kembali melemah setelah tahun 2022.
Investor global masih akan menanti pidato pejabat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang dijadwalkan pada Kamis (8/9) dini hari waktu Indonesia.
Sementara itu, dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) merilis cadangan devisa untuk periode akhir Agustus 2022, yang masih berada di US$ 132,2 miliar. Posisi tersebut tidak berubah dibandingkan dengan periode Juli 2022.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menjelaskan perkembangan posisi cadangan devisa pada Agustus 2022 antara lain dipengaruhi oleh penerimaan pajak dan jasa, penerimaan devisa migas, di tengah kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah sejalan dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.
Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Erwin menegaskan bank sentral memandang cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
BI menilai cadangan devisa tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, seiring dengan berbagai respons kebijakan dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung proses pemulihan ekonomi nasional.
Namun, rilis data ekonomi yang baik dari dalam negeri, belum mampu menepis keperkasaan dolar AS. Sehingga, rupiah pun kembali terkoreksi.
Di Asia, rupiah tidak sendirian. Semua mata uang di Asia pun tertekan oleh keperkasaan dolar AS.
Yen Jepang, yang menyandang status mata uang safe haven, menjadi mata uang berkinerja terburuk hari ini, terkoreksi 0,84% terhadap dolar AS.
Kemudian disusul oleh baht Thailand dan yuan China yang melemah masing-masing sebesar 0,38% dan 0,34% di hadapan si greenback.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/vap)