Rupiah Awas! Indeks Dolar AS Meroket ke Level Tinggi 20 Tahun

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Rabu, 07/09/2022 06:20 WIB
Foto: Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Luxury Valuta Perkasa, Blok M, Jakarta, Kamis, 21/7. Rupiah tertekan pada perdagangan Kamis (21/7/2022) (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah sukses menguat tipis 0,1% melawan dolar Amerika Serikat (AS) Selasa kemarin. Indeks dolar AS yang sempat berbalik turun pasca menembus level 110, membuat rupiah mampu menguat.

Namun, pada perdagangan sesi Amerika Serikat indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini berbalik menguat 0,35% ke 110,21, bahkan sempat menyentuh 110,55 yang merupakan rekor tertinggi dalam lebih dari 20 tahun terakhir. Penguatan tersebut berisiko menekan rupiah pada perdagangan Rabu (7/9/2022).

Selain itu, dari dalam negeri akan dirilis data cadangan devisa. Rilis tersebut bisa memberikan gambaran seberapa besar tekanan terhadap rupiah akibat isu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) Pertalite dan Solar pada Agustus lalu.


Jika cadangan devisa turun, ada indikasi digunakan Bank Indonesia (BI) untuk intervensi menstabilkan rupiah. Artinya, tekanan dari isu kenaikan BBM cukup besar.

Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan mengingat rupiah berakhir menguat tipis kemarin. Rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih tertahan resisten kuat Rp 14.890/US$ hingga Rp 14.900/US$. Resisten tersebut merupakan rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA50).

Pada pekan lalu, resisten tersebut beberapa kali menahan pelemahan rupiah, begitu juga Senin (5/9/2022) kemarin.

Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Sementara itu indikator Stochastic pada grafik harian kini mulai masuk ke wilayah jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Artinya, rupiah punya peluang menguat di pekan ini. Stochastic pada grafik 1 jam yang digunakan untuk memprediksi pergerakan harian bergerak turun tetapi belum masuk wilayah oversold, sehingga ruang penguatan rupiah masih terbuka.

Grafik: Rupiah 1 Jam
Foto: Refinitiv 

Support terdekat kini berada di kisaran Rp 14.860/US$ hingga Rp 14.850/US$, jika diembus rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.830/US$ - Rp 14.800/US$ di pekan ini.

Jika level tersebut ditembus, rupiah berpeluang menguat lebih jauh menuju Support kuat berada di kisaran Rp 14.730/US$, yang merupakan Fibonacci Retracement 61,8%.
Fibonacci Retracement tersebut ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.

Sebaliknya, jika MA 50 ditembus, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.920/US$ hingga Rp 14.930/US$. Penembusan konsisten di atas level tersebut akan membawa rupiah menuju Rp 15.000/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor