
Kenaikan Harga Pertalite Menggigit, Rupiah Tak Mampu Menguat!

Sementara itu dari eksternal dolar AS masih perkasa setelah rilis data tenaga kerja, hal ini membuat rupiah akan sulit melaju kencang.
Departemen Tenaga Kerja AS Jumat pekan lalu melaporkan sepanjang bulan Agustus, perekonomian AS dilaporkan mampu menyerap tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payrolls/NFP) sebesar 315.000 orang, sedikit di bawah estimasi Dow Jones 318.000 orang.
Meski demikian, data tersebut sudah cukup menunjukkan jika pasar tenaga kerja AS masih kuat meski The Fed sudah 4 kali menaikkan suku bunga dengan total 225 basis poin menjadi 2,25% - 2,5%.
Tingkat pengangguran dilaporkan naik menjadi 3,7% sementara rata-rata upah naik 0,3% month-on-month dan 5,2% year-on-year.
Data tenaga kerja bulan Agustus menjadi penting, sebab akan menjadi pertimbangan bank sentral AS (The Fed) sebelum kembali menaikkan suku bunga bulan ini.
Data ini akan membantu The Fed untuk memutuskan apakah kembali menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin, atau lebih tinggi, dan apakah itu lebih tepat ketimbang 50 basis poin.
Sebelumnya ketua The Fed, Jerome Powell, yang mengatakan akan terus menaikkan suku bunga dan menahannya di level tinggi sampai inflasi mencapai 2%.
The Fed tidak hanya agresif dalam menaikkan suku bunga, tetapi juga mengurangi nilai neracanya (balance sheet) atau yang disebut quantitative tightening (QT).
Saat pandemi Covid-19 melanda, The Fed menerapkan program pembelian surat berharga (quantitative easing/QE) yang membuat balance sheet The Fed naik tajam, nyaris mencapai US$ 9 triliun, dibandingkan sebelum pandemi sekitar US$ 4,1 triliun.
Artinya, The Fed menyuntikkan likuiditas sekitar US$ 4,8 miliar sejak awal pandemi.
Kini dengan dimulainya normalisasi kebijakan, The Fed menerapkan QT atau pengurangan nilai neraca artinya The Fed menjual surat berharga yang dimiliki, sehingga menyerap likuiditas di perekonomian.
Nilai balance sheet The Fed pun mulai menurun, menjadi sekitar US$ 8,85 triliun pada 22 Agustus lalu.
Di bulan ini, The Fed meningkatkan nilai QT dari sebelumnya US$ 45 miliar per bulan, menjadi US$ 95 miliar per bulan, yang artinya likuiditas di perekonomian semakin besar diserap, dolar AS pun kuat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)