The Fed dan Covid Jadi 'Horor' Buat Tembaga

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
05 September 2022 14:31
Indonesia lewat PT Indonesia Alumunium (Inalum) menguasai 51% saham PT Freeport Indonesia. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, melakukan kunjungan kerja ke tambang Freeport di Timika, Papua pada 2-3 Mei 2019.

Dalam acara, Jonan mengunjungi tambang emas legendaris milik Freeport Indonesia, yaitu Grasberg, yang lokasinya 4.285 meter di atas permukaan laut.

Tambang Grasberg ini akan habis kandungan mineralnya dan berhenti beroperasi pada pertengahan 2019 ini. Sebagai gantinya, produksi meas, perak, dan tembaga Freeport akan mengandalkan tambang bawah tanah yang lokasinya di bawah Grasberg.

Dalam kunjungan tersebut, Jonan didampingi Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas, Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin, serta sejumlah pejabat Kementerian ESDM.

Perjalanan menuju Grasberg dilakukan menggunakan bus khusus, dan sempat disambung dengan menggunakan kereta gantung atau disebut tram yang mengantarkan hingga ketinggian 4.000 meter di atas permukaan laut, dan disambung dengan bus lagi hingga ke puncak Grasberg.

Cuaca gerimis serta oksigen yang tipis menyambut kedatangan Jonan dan rombongan di lokasi puncak Grasberg.

Dalam kunjungannya Jonan mengatakan, tantangan saat ini adalah membuat operasional Freeport terus berjalan dengan baik, dan produksi, keselamatan kerja, serta lingkungan dapat terjaga dengan baik.

Jonan meminta agar tidak ada hambatan dalam pengelolaan tambang Freeport pasca pengambilalihan 51% saham oleh Inalum.

Jonan juga meminta agar ke depan peranan Freeport terhadap masyarakat Papua makin besar, lewat pembangunan sarana dan prasarana seperti sekolah serta rumah sakit atau puskesmas. (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)
Foto: Tambang Freeport Grasberg, Timika (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga dunia terpantau melemah pada perdagangan awal pekan hari ini dibayangi estimasi pasar mengenai kenaikan suku bunga acuan dan pelemahan permintaan dari China.

Pada Senin (5/9/2022) pukul 13:50 WIB harga tembaga dunia tercatat US$7.620 per ton, turun 0,17% dibandingkan harga penutupan akhir pekan lalu.

Pasar terus dibayangi oleh pernyataan kepala bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserves/The Fed) Jerome Powell dalam simposium tahunan di Jackson Hole soal arah kebijakan suku bunga. Apa yang disampaikan oleh Powell kurang lebih memberikan sinyal bahwa ke depan ruang untuk kenaikan suku bunga acuan masih terbuka. Tujuannya adalah menekan inflasi hingga ke kisaran target 2%.

Para pelaku pasar melihat suku bunga akan condong naik 75 basis poin (bp). Berdasarkan perangkat CME FedWatch, peluang kenaikan suku bunga acuan AS sebesar 50 bp ke 2,75-3% adalah 44,%. Sementara kemungkinan kenaikan 75 bp adalah 56,%.

Belum pastinya kenaikan suku bunga membuat para pelaku pasar lebih wait and see menanti pengumuman pada pertemuan The Fed selanjutnya yang akan diadakan pada 21 September 2022.

Sementara itu, prospek permintaan logam diselimuti oleh berlanjutnya pembatasan di China dalam upaya virus membatasi penularan virus Corona (Coronavirus Disease 2019/Covid-19), konsumen logam terbesar di dunia.

Seperti diberitakan oleh Reuters, Shenzen melakukan penguncian (lockdown) pada Sabtu dan akan terus tes penyebaran Covid-19. Sementara di Chengdu mengkarantina 21 juta orang pada Kamis.

China sendiri adalahkonsumen tembaga olahan terbesar di dunia. Menurut Statista, konsumsinya mencapai 54% persen dunia. Sehingga permintaan dari China memiliki pengaruh terhadap harga tembaga.

Meskipun hari ini tertekan, analis pasar Reuters memperkirakan harga tembaga dunia diprediksi mampu meningkat ke zona US$7.797 hingga US$7.873 per ton.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras) Next Article Awal Semester II, Harga Tembaga Anjlok 2%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular