The Fed dan Covid Jadi 'Horor' Buat Tembaga

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
Senin, 05/09/2022 14:31 WIB
Foto: Tambang Freeport Grasberg, Timika (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga tembaga dunia terpantau melemah pada perdagangan awal pekan hari ini dibayangi estimasi pasar mengenai kenaikan suku bunga acuan dan pelemahan permintaan dari China.

Pada Senin (5/9/2022) pukul 13:50 WIB harga tembaga dunia tercatat US$7.620 per ton, turun 0,17% dibandingkan harga penutupan akhir pekan lalu.


Pasar terus dibayangi oleh pernyataan kepala bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserves/The Fed) Jerome Powell dalam simposium tahunan di Jackson Hole soal arah kebijakan suku bunga. Apa yang disampaikan oleh Powell kurang lebih memberikan sinyal bahwa ke depan ruang untuk kenaikan suku bunga acuan masih terbuka. Tujuannya adalah menekan inflasi hingga ke kisaran target 2%.

Para pelaku pasar melihat suku bunga akan condong naik 75 basis poin (bp). Berdasarkan perangkat CME FedWatch, peluang kenaikan suku bunga acuan AS sebesar 50 bp ke 2,75-3% adalah 44,%. Sementara kemungkinan kenaikan 75 bp adalah 56,%.

Belum pastinya kenaikan suku bunga membuat para pelaku pasar lebih wait and see menanti pengumuman pada pertemuan The Fed selanjutnya yang akan diadakan pada 21 September 2022.

Sementara itu, prospek permintaan logam diselimuti oleh berlanjutnya pembatasan di China dalam upaya virus membatasi penularan virus Corona (Coronavirus Disease 2019/Covid-19), konsumen logam terbesar di dunia.

Seperti diberitakan oleh Reuters, Shenzen melakukan penguncian (lockdown) pada Sabtu dan akan terus tes penyebaran Covid-19. Sementara di Chengdu mengkarantina 21 juta orang pada Kamis.

China sendiri adalahkonsumen tembaga olahan terbesar di dunia. Menurut Statista, konsumsinya mencapai 54% persen dunia. Sehingga permintaan dari China memiliki pengaruh terhadap harga tembaga.

Meskipun hari ini tertekan, analis pasar Reuters memperkirakan harga tembaga dunia diprediksi mampu meningkat ke zona US$7.797 hingga US$7.873 per ton.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras)