
Harga Minyak Dunia Turun, Ini Alasan BBM Subsidi Malah Naik!

Naiknya BBM subsidi nyatanya tidak hanya dipengaruhi oleh harga minyak global, melainkan oleh sederet parameter lainnya.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengungkapkan bahwa harga minyak mentah hanya satu parameter dalam menentukan besaran subsidi. Pergerakan nilai tukar rupiah dan konsumsi menjadi parameter lain dalam perhitungan subsidi. Konsumsi BBM inilah yang menurut Fabby harus menjadi perhatian utama pemerintah.
Menurut Fabby, harga BBM subsidi yang rendah ikut membuat terjadinya pemborosan dan memberikan contoh mobilisasi tinggi menggunakan mobil pribadi, alih-alih memanfaatkan transportasi umum.
"Harga yang disubsidi merangsang konsumsi yang excessive," tutur Fabby, kepada CNBC Indonesia.
Penggunaan berlebihan ini berdampak pada sekaratnya pasokan BBM subsidi. Kuota Pertalite dan Solar Subsidi diperkirakan hanya akan cukup sampai pertengahan Oktober 2022 ini, jika tidak ada pembatasan.
PT Pertamina Patra Niaga anak usaha PT Pertamina (Persero) mencatat kuota BBM jenis Pertalite tersisa 3,55 juta Kilo Liter (KL) sampai akhir Agustus 2022 dari yang ditetapkan tahun ini mencapai 23,05 juta KL.
Dengan kondisi tersebut, pemerintah juga berencana untuk menambah kuota, khususnya untuk penambahan Pertalite mencapai sekitar 5 sampai 6 juta KL. Sementara tambahan kuota Solar Subsidi mencapai 2 juta KL.
Tinginya permintaan akan BBM subsidi ikut menggerogoti anggaran subsidi. Sejak tahun 2006, penjualan BBM subsidi tidak pernah berkurang, kecuali tahun pandemi 2020 ketika mobilitas masyarakat tertahan. Tahun lalu penjualan tersebut kembali naik, meskipun masih di bawal level tertinggi tahun 2019.
Fabby menambahkan disparitas harga antara BBM subsidi dan non subsidi juga bisa terus merongrong kuota BBM. Pembeli akan beralih menggunakan BBM yang murah jika disparitas harga terlalu besar. Kondisi ini akan membuat konsumsi rawan jebol dan subsidi membengkak karena penggunaan terus meningkat.
Fabby menjelaskan pemerintah bisa melakukan pembatasan konsumsi untuk menekan penggunaan BBM jika opsi kenaikan tidak diambil.
Senada, Direktur Eksekutif Reforminer Institute, Komaidi Notonegoro mengatakan pengendalian konsumsi akan menjadi kunci untuk menekan beban subsidi. Kenaikan harga merupakan salah satu cara untuk menekan konsumsi. "Konsumen kan realistis. Kalau harus berhemat ya mereka harus berhemat," ujarnya.
Anggaran Belanja Subsidi Dialihkan
Dengan menaikkan harga BBM dan Solar subsidi, pemerintah mengungkapkan akan menggunakan dana anggaran tersebut untuk membantu kalangan yang paling terdampak akan kenaikan harga BBM.
Sebelumnya Sri Mulyani sempat menyebut bahwa bahan bakar fosil yang disubsidi oleh pemerintah ternyata masih banyak yang belum tepat sasaran.
Sri Mulyani sempat merinci, dari total Pertalite yang disubsidi, sekitar 80% atau Rp 80 triliun dinikmati oleh masyarakat kelas menengah atas.
Demikian juga dengan Solar, dengan nilai subsidi mencapai Rp 143 triliun, ternyata dari catatan Kementerian Keuangan 89% atau berkisar Rp 127 triliun dinikmati oleh dunia usaha dan orang kaya.
Sri Mulyani menjelaskan belanja yang tadinya untuk subsidi penggunaannya akan dialihkan untuk memberikan bantuan sosial (bansos) bagi masyarakat. Pemerintah juga akan terus memantau perkembangan ICP. Selain juga dampak inflasi dan pertumbuhan ekonomi serta kemiskinan dari kenaikan BBM.
Pemerintah memperkirakan bansos yang diberikan dengan tambahan Rp 24,17 triliun, maka pemerintah dapat menahan pertambahan jumlah kemiskinan. Dengan begitu dapat dijaga serta diupayakan melalui program pemerintah lain.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(fsd)