Akhir Pekan Yield SBN Bervariasi, Ada yang Turun Nyaris 10 bp

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
02 September 2022 19:21
Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBCIndonesia - Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup beragam pada perdagangan Jumat (2/9/2022), di mana investor cenderung masih khawatir dengan isu resesi global.

Sikap investor di pasar SBN cenderung beragam, di mana di SBN tenor 1, 10, 15, dan 25 tahun cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan naiknya imbal hasil (yield) dan melemahnya harga.

Sedangkan untuk SBN bertenor 3, 5, dan 20 tahun ramai diburu oleh investor, ditandai dengan turunnya yield dan menguatnya harga.

Melansir data dari Refinitiv, SBN tenor 25 tahun menjadi yang paling besar kenaikan yield-nya pada hari ini, yakni naik 2 basis poin (bp) ke posisi 7,517%.

Sedangkan SBN berjatuh tempo 3 tahun menjadi yang paling besar penurunan yield-nya hari ini, yakni menurun 9,9 bp ke posisi 6,124%.

Sementara untuk yield SBN berjangka panjang yakni tenor 30 tahun cenderung stagnan di posisi 7,302% pada perdagangan hari ini.

Adapun untuk yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan (benchmark) negara naik 0,7 bp ke posisi 7,144%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Di dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) kemarin merilis data indeks harga konsumen (IHK) Indonesia periode Agustus 2022. Secara bulanan memang terjadi deflasi, tetapi secara tahunan inflasi tetap berada di level tinggi.

Kepala BPS, Margo Yuwono melaporkan terjadi deflasi 0,21% pada Agustus 2022 dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Kali terakhir terjadi deflasi adalah Februari 2022.

Namun dibandingkan Agustus 2021 (year-on-year/yoy), terjadi inflasi 4,69%. Meski masih relatif tinggi, tetapi melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang 4,94%, yang merupakan level tertinggi dalam 7 tahun terakhir.

Meski demikian, pelaku pasar saat ini menanti kepastian mengenai kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite dan Solar. Sempat beredar kabar akan ada kenaikan pada 1 September. Tetapi sampai saat ini belum ada pengumuman dari pemerintah.

Di lain sisi, dari Amerika Serikat (AS), yield obligasi pemerintah (US Treasury) cenderung menurun, karena investor menunggu data pekerjaan utama.

Dilansir dari CNBC International, yield Treasury berjangka pendek yakni tenor 2 tahun menurun 3,7 bp ke posisi 3,49% pada hari ini pukul 07:00 waktu setempat, dari sebelumnya pada perdagangan Kamis kemarin di 3,522%.

Sedangkan untuk yield Treasury tenor 10 tahun yang merupakan obligasi benchmark negara AS juga turun 1,1 bp menjadi 3,254% pada hari ini, dari sebelumnya pada perdagangan kemarin di 3,265%.

Turunnya yield Treasury terjadi jelang rilis data penggajian non-pertanian (non-farming payroll/NFP) periode Agustus 2022, yang akan dirilis pada pukul 20:30 WIB. Data ini penting bagi pelaku pasar karena akan menjelaskan lebih banyak tentang kekuatan ekonomi AS.

Ekonom dalam survei Dow Jones memperkirakan ada 318.000 pekerjaan bertambah pada bulan lalu, lebih sedikit dari periode Juli lalu yang bertambah 528.000.

Sedangkan, tingkat pengangguran diperkirakan tetap di 3,5% dan upah rata-rata per jam diperkirakan akan naik 0,4%.

Laporan tersebut dapat memainkan peran kunci dalam pertimbangan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) atas langkah kebijakan moneter berikutnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/vap) Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular