Cek! Gerak SBN Saat Kenaikan BBM Era SBY dan Jokowi

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
31 August 2022 17:50
Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Isu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi jenis Pertalite dan Solar menjadi perhatian pasar pada Rabu (31/8/2022) hari ini, di mana pemerintah rencananya akan mengumumkan kenaikan BBM jenis tersebut dan akan diterapkan pada Kamis, 1 September besok.

Di pasar obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN), pada hari ini, imbal hasil (yield) dari SBN tenor 10 tahun yang merupakan acuan (benchmark) obligasi negara cenderung menurun dan cenderung mengalami penguatan harga.

Yield SBN tenor 10 tahun cenderung turun 3,7 basis poin (bp) ke posisi 7,116%, dari sebelumnya pada perdagangan kemarin di 7,153%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Jika melihat ke belakang, sejak era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) hingga Joko Widodo (Jokowi), BBM subsidi dinaikkan sebanyak 5 kali. SBY menaikkan sebanyak 4 kali, sementara Jokowi sekali di 2014 saat pertama kali menjabat sebagai RI 1.

Secara historis, saat ada kenaikan BBM, yield SBN tenor 10 tahun memang mengalami kenaikan signifikan. Tetapi, kenaikan tersebut masih belum separah saat Oktober 2008 silam, di mana yield SBN tenor 10 tahun sempat menyentuh kisaran 20%-21%.

Saat itu, terjadi peristiwa yang menghebohkan, di mana kasus mega korupsi Bank Century terjadi.

Saat itu pula, Presiden SBY melakukan siaran pers terkait pelurusan berita yang bergulir di media massa tentang pertemuan 9 Oktober 2008 yang bersumber dari mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Antasari Azhar.

Dalam pemberitaan, pertemuan itu dikaitkan dengan pembahasan bailout Bank Century. SBY merasa perlu meluruskan karena pertemuan itu tidak membahas Bank Century.

"Saya katakan malam ini di hadapan Allah SWT, (pertemuan itu) tidak ada yang menyinggung nama Bank Century, apalagi membahas Bank Century," kata SBY pada saat itu.

Pertemuan pada 9 Oktober 2008 merupakan pertemuan SBY dengan pimpinan institusi penegak hukum dan auditor kala itu.

Mereka yang hadir antara lain Ketua BPK masa SBY Anwar Nasution, Ketua KPK masa SBY Antasari Azhar, Kepala Polri masa SBY Jenderal (Pol) Bambang Hendarso Danuri, Jaksa Agung Hendarman Supandji, dan Kepala BPKP masa SBY Didi Widayadi.

Anggota Kabinet Indonesia Bersatu I yang hadir antara lain Menkopolhukam Widodo AS, Menko Perekonomian ad interim Sri Mulyani Indrawati, Menteri Sekretaris Negara Hatta Rajasa, Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi, dan Meneg BUMN Sofyan Djalil.

Menurut SBY, pertemuan itu untuk bertukar pikiran dan berkonsultasi dalam mengantisipasi krisis ekonomi global yang mungkin berimbas ke dalam negeri.

Pada Mei hingga September 2005, kenaikan yield SBN tenor 10 tahun berkisar 407 bp, dari sebelumnya di kisaran 11% menjadi 15%.

Namun di tahun 2008, tepatnya periode Mei hingga Oktober, kenaikan yield SBN tenor 10 tahun terbilang sangat tinggi yakni hingga sekitar 850 bp, dari sebelumnya di kisaran 12% menjadi 21%.

Kemudian di periode Mei hingga September 2013, yield SBN kembali mengalami kenaikan, yakni sekitar 298 bp menjadi sekitar 8%, dari sebelumnya di kisaran 5%.

Namun pada tahun 2014, atau saat kenaikan terakhir harga BBM, yield SBN tenor 10 tahun baru terpengaruh setahunnya yakni tahun 2015, di mana pada periode Februari 2015 hingga Oktober 2015, kenaikan yield sudah berkisar 233 bp.

Memang, jika dilihat dari historisnya, kenaikan BBM juga mempengaruhi pergerakan yield SBN. Tetapi yield SBN akan lebih berpengaruh jika ada krisis secara global dan ditambah adanya krisis yang menerpa Indonesia.

Yield SBN akan sangat terpengaruh jika kondisi politik, makroekonomi, maupun lainnya baik di global atau di dalam negeri cukup parah.

Di tahun 2008, terjadi krisis keuangan yang juga ditambah adanya mega korupsi Bank Century, sehingga kenaikan paling tajam yang dialami oleh SBN tenor 10 tahun terjadi pada Oktober 2008 silam dan setelah itu, belum ada lagi kenaikan paling tajam yang terjadi di SBN.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jelang Rilis Data Inflasi AS, Yield SBN Lanjut Melandai

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular