
Akhir Pekan Happy! IHSG Ditutup Cerah, Sempat Sentuh 7.200

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona hijau pada perdagangan Jumat (2/9/2022), pasca Badan Pusat Statistik (BPS) kemarin merilis data inflasi Indonesia periode Agustus 2022 yang mulai melandai.
Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup menguat 0,34% ke posisi 7.177,18. IHSG bahkan sempat menyentuh zona psikologis di 7.200.
Pada awal perdagangan sesi I, IHSG dibuka menguat di posisi 7.160,83. Selang beberapa menit setelah dibuka, IHSG sempat menyentuh level tertingginya pada hari ini yakni di 7.207,62. Namun setelah menyentuh level tertingginya, penguatan IHSG cenderung terpangkas.
IHSG juga gagal mempertahankan zona psikologis 7.200 pada hari ini, meskipun sepanjang hari ini IHSG konsisten diperdagangkan di zona hijau.
Nilai transaksi indeks pada hari ini mencapai sekitaran Rp 14 triliun dengan melibatkan 32 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,3 juta kali. Sebanyak 230 saham terapresiasi, 279 saham terdepresiasi, dan 187 saham lainnya stagnan.
Saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menjadi saham yang paling besar nilai transaksinya pada hari ini, yakni hingga mencapai Rp 1,8 triliun.
Sedangkan saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menyusul di posisi kedua dengan nilai transaksi yang mencapai Rp 835,6 miliar dan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) di posisi ketiga sebesar Rp 502,4 miliar.
Dari pergerakan sahamnya, saham BUMI ditutup melonjak 5,33% ke posisi Rp 178/unit. Sedangkan saham BBRI melesat 1,37% ke Rp 4.450/unit, dan saham BBCA berakhir menguat 0,92% menjadi Rp 8.225/unit.
Cerahnya IHSG pada hari ini terjadi di tengah bervariasinya bursa saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis kemarin. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 0,46% dan S&P 500 terapresiasi 0,3%. Tetapi, indeks Nasdaq Composite masih terkoreksi 0,26%.
Meski Dow Jones dan S&P 500 ditutup menguat, tetapi penguatannya tidak diraih dengan mudah. Keduanya bersama Nasdaq sempat merosot lebih dari 1% sebelum rebound di menit-menit akhir.
Penyebab kemerosotan tersebut masih sama, yakni spekulasi bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang masih tetap agresif menaikkan suku bunga, meski akan berujung resesi di AS. Ketua The Fed, Jerome Powell menegaskan komitmennya untuk membawa inflasi turun ke 2%.
Di bulan September ini, The Fed akan kembali mengadakan rapat untuk memutuskan kebijakan moneternya. Pelaku pasar memperkirakan the Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bp) lagi di bulan ini.
Sementara dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) kemarin melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Agustus melandai atau mencatatkan deflasi sebesar 0,21% (month-to-month/mtm). Deflasi tersebut merupakan yang terdalam sejak September 2019 yang tercatat sebesar -0,27%.
Deflasi pada Agustus menjadi kabar baik setelah IHK melambung signifikan pada periode Maret-Juli tahun ini.
Namun, secara tahunan (year-on-year/yoy), pada Agustus masih terjadi inflasi tinggi yakni 4,69%. Inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan pada Juli 2022 yang tercatat sebesar 4,94%. Namun, inflasi tahunan pada Agustus masih yang tertinggi sejak November 2015 yang sebesar 4,89%.
Deflasi yang terjadi pada Agustus jauh lebih dalam dibandingkan dengan konsensus pasar ataupun proyeksi Bank Indonesia (BI). Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia dari 14 institusi memperkirakan terjadi deflasi 0,11% (mtm) sementara inflasi tahunan ada di angka 4,83% (yoy).
Inflasi Indonesia melandai pada Agustus tetapi angin segar diperkirakan tidak berlangsung lama. Inflasi tinggi masih mengancam Indonesia ke depan terutama karena kebijakan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi.
Pemerintah sejauh ini belum memutuskan kebijakan terkait harga BBM subsidi seperti Pertalite dan Solar. Namun kemungkinan besar pemerintah akan tetap menaikkan harga meskipun tidak diketahui berapa besarnya.
Apabila harga BBM subsidi jadi dinaikkan, dampaknya akan cenderung menaikkan inflasi yang cukup signifikan. Para ekonom memperkirakan inflasi bisa melesat lebih dari 6%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/vap) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000