IHSG Sesi I Menguat 0,31%, Sudah Gak Takut Inflasi?

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
02 September 2022 12:07
Karyawan melintas di depan layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (5/7/2022). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC IndonesiaIndeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir menguat pada penutupan perdagangan sesi I Jumat (2/9/2022) pasca Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data inflasi Indonesia periode Agustus 2022 mulai melandai.

IHSG dibuka menguat di posisi 7.160,83 dan ditutup di zona hijau dengan apresiasi 0,31% atau 22,17 poin ke 7.175,28 pada penutupan perdagangan sesi pertama pukul 11:30 WIB. Nilai perdagangan tercatat naik ke Rp 7,15 triliun dengan melibatkan lebih dari 16 miliar saham.

Menurut data PT Bursa Efek Indonesia (BEI), sejak perdagangan dibuka IHSG sudah berada di zona hijau, selang 8 menit saja IHSG terpantau melanjutkan penguatan 0,56% ke 7.194,26. Pukul 10:30 WIB indeks masih terpantau menguat 0,48% di 7.187,56 dan konsisten berada di zona hijau hingga penutupan perdagangan sesi pertama.

Level tertinggi berada di 7.207,62 sekitar pukul 09:20 WIB dan level terendah berada di 7.159,37 sesaat setelah perdagangan dibuka. Mayoritas saham siang ini menguat yakni sebanyak 257 unit, sedangkan 233 unit lainnya melemah, dan 202 sisanya stagnan.

Saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menjadi saham yang paling besar nilai transaksinya hari ini, yakni mencapai Rp 581,4 miliar. Sedangkan saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk menyusul di posisi kedua dengan nilai transaksi mencapai Rp 367 miliar dan saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) di posisi ketiga sebesar Rp 353 miliar.

Semalam indeks saham Wall Street ditutup variatif. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 0,46%, S&P 500 menguat 0,3%, dan Nasdaq Composite terkoreksi 0,26%. 

Meski Dow Jones dan S&P 500 ditutup menguat, tetapi penguatannya tidak diraih dengan mudah. Keduanya bersama Nasdaq sempat merosot lebih dari 1% sebelum rebound di menit-menit akhir.

Penyebab kemerosotan tersebut masih sama, yakni spekulasi bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang masih tetap agresif menaikkan suku bunga, meski akan berujung resesi di AS. Ketua The Fed, Jerome Powell menegaskan komitmennya untuk membawa inflasi turun ke 2%.

Di bulan September ini bank sentral AS akan kembali mengadakan rapat untuk memutuskan kebijakan moneternya. Pelaku pasar memperkirakan the Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bps lagi di bulan ini.

Sementara dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Agustus melandai atau mencatatkan deflasi sebesar 0,21% (month to month/mtm). Deflasi tersebut merupakan yang terdalam sejak September 2019 yang tercatat sebesar -0,27%.

Deflasi pada Agustus menjadi kabar baik setelah IHK melambung signifikan pada periode Maret-Juli tahun ini.

Namun, secara tahunan (year on year/yoy), pada Agustus masih terjadi inflasi tinggi yakni 4,69%. Inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan pada Juli 2022 yang tercatat sebesar 4,94%. Namun, inflasi tahunan pada Agustus masih yang tertinggi sejak November 2015 (4,89%).

Deflasi yang terjadi pada Agustus jauh lebih dalam dibandingkan dengan konsensus pasar ataupun proyeksi Bank Indonesia. Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia dari 14 institusi memperkirakan terjadi deflasi 0,11% (mtm) sementara inflasi tahunan ada di angka 4,83% (yoy).

Inflasi Indonesia melandai pada Agustus tetapi angin segar diperkirakan tidak berlangsung lama. Inflasi tinggi masih mengancam Indonesia ke depan terutama karena kebijakan BBM subsidi.

Pemerintah sejauh ini belum memutuskan kebijakan terkait harga BBM subsidi seperti Pertalite dan Solar. Namun kemungkinan besar pemerintah akan tetap menaikkan harga meskipun tidak diketahui berapa besarnya.

Apabila harga BBM subsidi jadi dinaikkan dampaknya akan cenderung menaikkan inflasi yang cukup signifikan. Para ekonom memperkirakan inflasi bisa melesat lebih dari 6%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aum/vap) Next Article Thanks Wall Street! IHSG Sesi I Naik 1,04%, Pepet 7.300 Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular