Isu Resesi Bikin Investor Borong SBN Lagi, Harganya Menguat

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
01 September 2022 19:01
Sun, Ilustrasi Oligasi
Foto: Sun, Ilustrasi Oligasi

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup menguat pada perdagangan Kamis (1/9/2022), di mana investor cenderung khawatir dengan isu resesi global.

Secara mayoritas, investor kembali ramai memburu SBN, ditandai dengan turunnya imbal hasil (yield). Hanya SBN tenor 5, 10, dan 30 tahun yang cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan naiknya yield.

Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 5 tahun naik 2,6 basis poin (bp) ke posisi 6,65%. Sedangkan untuk yield SBN berjangka waktu 10 tahun yang merupakan SBN acuan (benchmark) negara juga naik 2 bp ke 7,137%, dan yield SBN berjatuh tempo 30 tahun bertambah 1,9 bp ke 7,302%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Di dalam negeri, wacana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite dan Solar masih kencang berembus, meski harga BBM non subsidi mengalami penurunan.

Sempat beredar kabar pemerintah akan mengumumkan kenaikan harga Pertalite dan Solar pada 31 Agustus kemarin, tetapi nyatanya masih tertunda. Kenaikan Pertalite maupun Solar sepertinya pasti akan terjadi, tinggal masalah waktunya saja.

Kode keras sudah muncul saat pemerintah sudah mengeluarkan bantuan sosial (Bansos) senilai Rp 24 triliun, sebagai bantalan bagi warga yang terdampak kenaikan harga BBM.

Di lain sisi, dari Amerika Serikat (AS), yield obligasi pemerintah (US Treasury) cenderung kembali menguat, setelah data menunjukkan adanya perlambatan signifikan dalam pertumbuhan gaji swasta.

Dilansir dari CNBC International, yield Treasury berjangka pendek yakni tenor 2 tahun naik 3,7 bp ke posisi 3,487% pada hari ini pukul 07:00 waktu setempat, dari sebelumnya pada perdagangan Rabu kemarin di 3,45%.

Sedangkan untuk yield Treasury tenor 10 tahun yang merupakan obligasi benchmark negara AS juga meningkat 6,8 bp menjadi 3,2% pada hari ini, dari sebelumnya pada perdagangan kemarin di 3,132%.

Kemarin, laporan pekerjaan dari perusahaan pemrosesan penggajian, ADP menunjukkan penggajian swasta AS tumbuh 132.000 pada Agustus 2022, melambat dari 268.000 pada Juli 2022.

Pasar mengamati dengan cermat rilis data di tengah kekhawatiran perlambatan ekonomi di AS, setelah Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell mengatakan mungkin perlu menyebabkan rasa sakit pada ekonomi untuk menurunkan inflasi. Pejabat The Fed lainnya juga telah menyatakan sentimen hawkish minggu ini.

Dengan semakin hawkish-nya The Fed, maka perekonomian Negeri Paman Sam bakal terkena resesi. Tak hanya di AS saja, isu resesi juga mulai mencuat di global.

Di lain sisi, bank sentral lain juga akan mengikuti The Fed. Seperti bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) yang juga menunjukkan tanda-tanda akan agresif.

Anggota dewan gubernur ECB, Madis Muller mengatakan ECB seharusnya mulai mendiskusikan kenaikan 75 basis poin (bp) di bulan ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/vap) Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular