Breaking News: Harga Minyak Anjlok, Turun 2% Lebih

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
01 September 2022 07:19
Sejumlah kendaraan mengantre untuk mengisi BBM di SPBU Pertamina, kawasan Jati Padang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu (31/8/2022) malam. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Foto: Sejumlah kendaraan mengantre untuk mengisi BBM di SPBU Pertamina, kawasan Jati Padang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu (31/8/2022) malam. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia anjlok lagi. Tren negatif sedang menghampiri si emas hitam.

Pada Kamis (1/9/2022) pukul 06:42 WIB, harga minyak jenis brent tercatat US$ 95,23/barel. Ambles 2,66% dibandingkan posisi penutupan sebelumnya.

Sedangkan yang jenis light sweet harganya US$ 89,17/barel. Berkurang 2,69%.

Dalam sepekan terakhir, harga brent dan light sweet ambrol masing-masing 5,12% dan 6,02%. Selama sebulan ke belakang, harga turun 2,8% dan 3,48%.

crudeSumber: Refinitiv

Kejatuhan harga minyak disebabkan oleh kekhawatiran akan penurunan permintaan. Tekanan inflasi menyebabkan bank sentral di berbagai negara menaikkan suku bunga acuan, yang akan memperlambat laju pertumbuhan ekonomi. Akibatnya, permintaan energi dikhawatirkan berkurang.

Di Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve/The Fed kemungkinan akan menaikkan suku bunga acuan 75 basis poin (bps) pada rapat 21 September. Mengutip CME FedWatch, peluangnya mencapai 72%.

Di Eropa pun demikian. Madis Muller, Pejabat European Central Bank/ECB, mengungkapkan kenaikan suku bung acuan 75 bps adalah salah satu opsi dalam rapat September.

"Saya rasa kenaikan suku bunga acuan 75 bps dalam rapat September mendatang akan menjadi opsi jika inflasi tidak kunjung membaik. Saya akan mengikuti rapat dengan pikiran terbuka. Namun kita semestinya tidak terlalu terkekang dalam mengambil kebijakan karena inflasi sudah terlalu tinggi untuk terlalu lama," papar Muller, seperti dikutip dari Reuters.

Selain kenaikan suku bunga, risiko lain yang membayangi perekonomian dunia adalah penanganan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) di China. Otoritas kesehatan menutup pasar elektronik terbesar di dunia yaitu Huaqiangbei yang terletak di Shenzhen. Sebanyak 24 stasiun kereta bawah tanah (subway) juga ditutup sementara.

Negara yang dipimpin oleh Presiden Xi Jinping itu masih saja menerapkan kebijakan tanpa toleransi (zero tolerance) terhadap Covid-19. Saat ada kluster penularan, maka jalan keluarnya selalu karantina wilayah alias lockdown.

Ini membuat perekonomian Negeri Panda maju-mundur. Saat 'keran' aktivitas masyarakat mulai dibuka, ekonomi mulai bergeliat, beberapa waktu kemudian 'digembok' lagi.

"Pelemahan di China memainkan peran besar (dalam koreksi harga minyak). Belum lagi ada kekhawatiran permintaan yang melemah di negara-negara Barat karena kenaikan suku bunga dan cengkeraman inflasi," kata Harry Altham, Analis StoneX Group yang berbasis di London, seperti dikutip dari Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Pasokan Libya Bikin Panas Harga Minyak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular