Dear Investor, Ada Tuah September Effect, Apa Tuh?

Putra, CNBC Indonesia
01 September 2022 08:10
Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Secara historis, bulan September cenderung menjadi bulan baik untuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Dalam 20 tahun terakhir, IHSG cenderung mencatatkan kinerja yang cemerlang.

Statistik menunjukkan bahwa IHSG menghasilkan return positif sebanyak 12 kali dan tercatat sebanyak 8 kali melemah. Umumnya IHSG cenderung melemah di bulan Agustus. Namun di tahun ini, IHSG justru mencatatkan kinerja yang positif.

Di bulan Agustus saja IHSG naik 2,73% dan ditutup di 7.178,6. Dalam sebulan inflow yang masuk ke pasar reguler termasuk jumbo.

Asing tercatat net buy sebesar Rp 11,94 triliun di pasar reguler sehingga menjadi katalis positif untuk pergerakan pasar saham.

Untuk bulan September ini, bagaimanakah kira2 kinerja IHSG?

Meskipun secara historis menunjukkan kinerja positif, tetapi tantangan IHSG cukup besar.

Ada beberapa tantangan utama. Pertama dari eksternal. Di bulan September ini bank sentral AS akan kembali mengadakan rapat untuk memutuskan kebijakan moneternya.

Apabila mengacu pada pernyataan Bos The Fed Jerome Powell dalam Symposium Tahunan Jackson Hole, bank sentral AS akan menempuh kebijakan yang restriktif agar inflasi kembali turun ke target 2%.

Pelaku pasar memperkirakan the Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bps lagi di bulan ini.

Sentimen kedua datang dari dalam negeri. Pemerintah sejauh ini belum memutuskan kebijakan terkait harga BBM subsidi seperti Pertalite dan Solar.

Namun kemungkinan besar pemerintah akan tetap menaikkan harga meskipun tidak diketahui berapa besarnya.

Apabila tidak dinaikkan, maka pemerintah harus menanggung subsidi yang besarnya mencapai 700 triliun.

Namun apabila dinaikkan dampaknya akan cenderung menaikkan inflasi yang cukup signifikan. Para ekonom memperkirakan inflasi bisa melesat lebih dari 6%.

Dengan laju inflasi tersebut maka BI bisa menaikkan suku bunga secara agresif dan kalau BI agresif maka bisa memberikan shock ke pasar keuangan baik obligasi maupun saham.

Dengan tiga tantangan berat tersebut dan IHSG sudah reli cukup panjang dalam sebulan terakhir. Bukan tidak mungkin IHSG mengalami koreksi di bulan September.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular