Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup menguat pada perdagangan Rabu (31/8/2022) kemarin, setelah sempat terkoreksi karena investor cenderung wait and see menanti pengumuman kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi jenis Pertalite dan Solar. Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup menguat 0,27% ke posisi 7.178,59, setelah sepanjang hari mengalami koreksi.
IHSG dibuka melemah 0,66% di posisi 7.112,36. Di perdagangan sesi I kemarin, IHSG terus mencoba untuk kembali ke zona hijau. Namun, IHSG hanya berhasil memangkas koreksi. Pada perdagangan sesi II, koreksi IHSG terus terpangkas dan pada akhirnya berhasil ditutup di zona hijau.
Nilai transaksi indeks pada perdagangan kemarin mencapai sekitar Rp 19 triliun dengan melibatkan 31 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,3 juta kali. Sebanyak 268 saham menguat, 271 saham melemah, dan 160 saham lainnya stagnan.
Investor asing kembali melakukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 670,85 miliar di pasar reguler. Namun di pasar tunai dan negosiasi, asing tercatat melakukan penjualan bersih (net sell) sebesar Rp 713,22 miliar.
Saat IHSG ditutup menghijau di detik-detik akhir perdagangan, beberapa saham masuk ke jajaran top gainers. Berikut sepuluh saham yang menjadi top gainers pada perdagangan Rabu kemarin.
Saham emiten bidang jasa engineering dan konstruksi yakni PT Djasa Ubersakti Tbk (PTDU) memimpin jajaran top gainers pada perdagangan kemarin. Saham PTDU ditutup melejit 29,58% ke posisi harga Rp 92/saham.
Nilai transaksi saham PTDU pada perdagangan Rabu kemarin mencapai Rp 24,96 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 293,57 juta lembar saham. Namun, investor asing melepas saham PTDU sebanyak Rp 267,38 juta di pasar reguler.
Jika melihat data perdagangan, sejak perdagangan 22 Agustus hingga kemarin, saham PTDU mencatatkan penguatan hanya sekali dan stagnan juga sekali, sedangkan sisanya melemah sebanyak 6 kali.
Dalam sepekan terakhir, saham PTDU terpantau melonjak 16,46%. Sedangkan dalam sebulan terakhir, saham PTDU melesat 9,52%.
Melejitnya saham PTDU terjadi karena adanya kabar bahwa perseroan akan menggarap proyek Pembangunan Pasar Tempe di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan.
Sebelumnya, proyek ini sempat disetop karena ada temuan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Pembangunan pasar dengan anggaran Rp 41,2 miliar ini ditargetkan rampung pada Mei 2023 mendatang.
"Pihak Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) telah melakukan pemutusan kontrak dengan penyedia sebelumnya berdasarkan hasil audit BPKP. Dan tahun ini telah dilakukan lelang ulang untuk melanjutkan pembangunan dengan anggaran Rp 41,2 miliar," kata Sekretaris Dinas Perindagkop dan UKM Muhammad Tahir Tajang, dikutip dari detikSulsel Rabu (31/8/2022) kemarin.
Tahir menyebut pemutusan kontrak diketahuinya melalui surat yang dikirimkan oleh Kementerian PUPR melalui Kepala Balai Prasarana Wilayah Sulsel. Keputusan itu kewenangan penuh dari Kementerian PUPR.
"Kemarin pihak PPK dengan Rekanan sudah melakukan Mutual Check Nol (MC0) dan pihak satker sudah melaporkan ke Bapak Bupati. Perusahaan yang akan melanjutkan ini PT Djasa Ubersakti Tbk," sebutnya.
Sementara PPK Satker BPPW Reno Bayuaji mengaku sudah menemui Bupati Wajo untuk melaporkan dan menyampaikan rencana kelanjutan pembangunan ini. Pembangunan Pasar Tempe sudah mulai dilakukan setelah menentukan pemenang tender.
"Kita sudah lakukan tender ulang, dan tender untuk lanjutan pembangunan Pasar Tempe ini akan dikerjakan oleh PT Djasa Ubersakti dengan nilai kontrak Rp 41,2 miliar. Adapun kontraknya multiyears dan berakhir pada bulan Mei 2023 tahun depan," bebernya.
Sekadar diketahui, proyek pembangunan Pasar Tempe tersebut awalnya dikerjakan oleh PT Delima Agung Utama dengan total anggaran mencapai Rp 45,3 miliar yang berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Seharusnya, proyek ini rampung sebelum 31 Desember 2021 lalu.
Pemutusan kontrak merupakan tindak lanjut dari Hasil Audit Dengan Tujuan Tertentu (ADTT), Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR melalui surat Inspektur Jenderal Nomor, PWp 0101-lj/1076, tanggal 14 September 2021. Serta surat Direktur Jenderal Cipta Karya Nomor PW.0202-Dc/1770 Tanggal 8 November 2021.
Sebagaimana yang disampaikan dalam isi suratnya, kegiatan Pembangunan Pasar Tempe, Sengkang, Kabupaten Wajo diinstruksikan untuk dilakukan pemutusan kontrak. Pemutusan kontrak ini dilakukan pada 24 November 2021.
Saat IHSG berhasil menguat, beberapa saham juga masuk ke jajaran top losers. Berikut 10 saham top losers pada perdagangan Rabu kemarin.
Saham emiten produsen alat kesehatan yakni PT Hetzer Medical Indonesia Tbk (MEDS) kembali menjadi salah satu saham yang masuk ke jajaran top losers pada perdagangan kemarin. Saham MEDS ditutup ambles 6,99% ke posisi Rp 346/saham.
Nilai transaksi saham MEDS pada perdagangan kemarin mencapai Rp 15,69 miliar dengan volume perdagangan sebanyak 44,95 juta lembar saham. Tetapi, asing mengoleksi saham MEDS sebesar Rp 168,48 juta di pasar reguler.
Menurut data perdagangan, sejak perdagangan 22 Agustus hingga kemarin, saham MEDS hanya mencatatkan penguatan sebanyak 2 kali, sedangkan sisanya melemah sebanyak 6 kali. Dengan ini, maka saham MEDS mencatatkan penurunan sebesar 16,43% dalam sepekan terakhir.
MEDS bergerak pada sektor Healthcare dengan sub sektor Healthcare Equipment & Providers. Adapun Industri MEDS adalah Healthcare Equipment & Supplies dengan sub industri Healthcare Supplies & Distributions.
Tercatatnya MEDS di bursa merupakan langkah awal dari pengembangan bisnis untuk dapat memajukan industri alat kesehatan di Indonesia.
Harga penawaran MEDS adalah senilai Rp 125 per lembar saham dengan jumlah saham yang dicatatkan sebanyak 1.562.500.000 lembar saham. Adapun kapitalisasi pasarnya hingga kemarin mencapai Rp 403,13 miliar.
Dalam Penawaran Umum Perdana ini, Perseroan menawarkan 312,5 juta saham baru atau setara dengan 20% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah Penawaran Umum. Dengan demikian, total dana yang dihimpun adalah sebesar Rp 39,06 miliar.
MEDS berkomitmen untuk menjaga kepercayaan yang diberikan pada investor dengan menjalankan standar good corporate governance (GCG) yang baik dengan tetap meningkatkan kinerja operasional dan keuangan Perseroan untuk memberikan nilai tambah bagi seluruh pemegang saham atau investor Perseroan.
Dana IPO akan digunakan untuk melakukan renovasi gudang milik Perseroan menjadi pabrik yang dapat beroperasi, pembelian mesin masker Duckbill, dan masker medis KN95, masker medis KF94 dan masker medis N95 serta bahan baku produksi.
Setelah IPO, Perseroan mampu memproduksi varian masker yang lebih luas. Emiten yang berasal dari Kota Cimahi, Jawa Barat ini yakin tren penggunaan masker akan tetap berlanjut meskipun pandemi sudah relatif terkendali.
Selain saham MEDS, terdapat juga saham emiten teknologi yang juga merupakan salah satu saham big cap yakni PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) juga masuk ke jajaran top losers kemarin. Saham GOTO berakhir ambrol 6,79% ke Rp 302/saham.
Nilai transaksi saham GOTO pada perdagangan kemarin mencapai Rp 351,09 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 1,15 miliar lembar saham. Asing melepas saham GOTO sebesar Rp 15,48 miliar di pasar reguler.
Pelemahan saham GOTO terjadi seiring dengan laporan kinerja semester I-2022 yang telah dirilis perusahaan.
GOTO masih membukukan rugi bersih sebesar Rp 13,64 triliun pada semester I-2022. Rugi ini membengkak 117,28% dibandingkan dengan posisi rugi semester pertama tahun lalu sebesar Rp 6,28 triliun.
Rugi bersih GOTO juga bertambah dibandingkan dengan kondisi per Maret 2022 sebesar Rp 6,47 triliun. Artinya, rugi bersih sepanjang kuartal II-2022 mencapai Rp 7,17 triliun.
Rugi bersih perseroan terutama disebabkan oleh naiknya beban penjualan dan pemasaran yang menembus Rp 6,34 triliun atau 235,43%, lebih besar daripada beban penjualan dan pemasaran periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 1,89 triliun.
Adapun pos beban lain seperti beban umum dan administrasi juga meningkat menjadi Rp 5,75 triliun, dari sebelumnya sebesar Rp 3,83 triliun di semester I-2021.
Sementara itu, rugi EBITDA semester I-2022 yang disesuaikan mencapai Rp 9,0 triliun, dibandingkan dengan rugi Rp 5,8 triliun pada periode yang sama di tahun 2021.
Meski begitu, pendapatan bruto GOTO naik 49% secara tahunan (year-on-year/yoy) mencapai Rp 10,7 triliun dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 7,19 triliun (proforma).
Sementara nilai transaksi bruto (gross transaction value/GTV) naik 42% mencapai Rp 290,5 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Adapun pendapatan bersih GOTO pada semester I-2022 tercatat sebesar Rp 3,39 triliun, melesat 73% dari semester I-2021 senilai Rp 1,96 triliun.
"Kami telah berhasil menumbuhkan nilai transaksi bruto (GTV) serta pendapatan bruto Perseroan. Pertumbuhan juga tercatat di margin bisnis, dibandingkan dengan kuartal yang lalu. Hal tersebut mendorong percepatan langkah kami mencapai profitabilitas," kata Andre Soelistyo, Direktur Utama Grup GoTo, dalam siaran pers, Selasa (30/8/2022).
TIM RISET CNBC INDONESIA