Pertalite Mau Naik, IHSG Sesi I Drop Nyaris 1%

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
31 August 2022 12:07
Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir melemah pada penutupan perdagangan sesi I Rabu (31/8/2022) mengekor bursa saham Amerika Serikat (AS) yang berguguran pada perdagangan semalam serta merespons rencana kenaikan harga BBM subsidi di Tanah Air.

IHSG dibuka melemah 0,66% di posisi 7.112,36 dan ditutup di zona merah dengan koreksi 0,8% atau 57,45 poin ke 7.102,02 pada penutupan perdagangan sesi pertama pukul 11:30 WIB. Nilai perdagangan tercatat naik ke Rp 10,28 triliun dengan melibatkan lebih dari 21 miliar saham.

Menurut data PT Bursa Efek Indonesia (BEI), sejak perdagangan dibuka IHSG sudah berada di zona merah. Selang 10 menit perdagangan, IHSG anjlok lebih dari 1% ke 7.078,35.

Pukul 09:35 WIB pelemahan IHSG terpangkas menjadi 0,78% ke 7.105,12. Namun tetap saja, indeks konsisten berada di zona merah hingga penutupan perdagangan sesi pertama.

Level tertinggi hanya berada di 7.115,45 sesaat setelah perdagangan dibuka dan level terendah berada di 7.073,22 sekitar pukul 10:05 WIB. Mayoritas saham siang ini melemah yakni sebanyak 289 unit, sedangkan 219 unit lainnya menguat, dan 175 sisanya stagnan.

Saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menjadi saham yang paling besar nilai transaksinya hari ini, yakni mencapai Rp 615,8 miliar. Sedangkan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menyusul di posisi kedua dengan nilai transaksi mencapai Rp 405 miliar dan saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) di posisi ketiga sebesar Rp 271,8 miliar.

Pergerakan IHSG siang ini mengekor Wall Street yang kembali ambrol pada perdagangan semalam yang masih dipicu oleh kabar kurang sedap dari Amerika Serikat (AS) di mana Indeks Dow Jones melemah 0,96% sedangkan indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite masing-masing terkoreksi lebih dari 1%.

Sentimen memang masih diwarnai oleh pidato Ketua The Fed Jerome Powell yang menyiratkan stance hawkish bank sentral AS dan masih menjadi katalis negatif untuk pasar saham AS yang sebenarnya belum lama rebound.

Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) diperkirakan masih akan agresif menaikkan suku bunga, menahannya di level tinggi dalam waktu yang lama, sehingga risiko resesi meningkat, dan menyebabkan laba korporasi berisiko tergerus.

Tidak hanya The Fed, bank sentral lainnya yang juga bermasalah dengan inflasi tinggi juga bisa melakukan hal yang sama, resesi dunia pun di depan mata.

Kabar terbaru juga datang dari Presiden The Fed wilayah New York, John William, juga menegaskan perlunya kebijakan moneter yang ketat guna memperlambat demand, sehingga inflasi bisa diredam.

"Kita perlu kebijakan yang ketat untuk memperlambat demand, dan kita belum sampai di sana," kata Williams, sebagaimana dilansir CNBC International.

Sementara dari dalam negeri, sentimen masih diwarnai oleh isu kenaikan BBM subsidi. Pelaku pasar tengah menanti pengumuman harga terbaru untuk BBM subsidi Pertalite dan Solar.

Kenaikan harga BBM Pertalite dan Solar Subsidi ini rencananya akan diumumkan pada 31 Agustus ini, dan harga baru kedua BBM tersebut akan berlaku pada 1 September 2022.

Isu kenaikan keduanya semakin menguat setelah pemerintah menggelontorkan bantuan sosial senilai Rp 24 triliun. Hari ini, Presiden Joko Widodo resmi memulai program pembagian Bantuan Langsung Tunai (BLT) tersebut.

Kenaikan harga BBM subsidi bisa mengerek inflasi yang pada akhirnya berdampak buruk bagi perekonomian Tanah Air. Selain inflasi, isu kenaikan BBM juga kerap diwarnai oleh aksi demonstrasi di berbagai kalangan yang menentang. Hal ini tentu memicu sedikit kegaduhan yang berpotensi menjadi sentimen negatif bagi pasar.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aum/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Dibuka Meyakinkan, Balik ke Level 7.300

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular