Investor Saham RI Bisa Tidur Nenyak, Wall Street Mulai Nanjak

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
30 August 2022 21:28
In this photo provided by the New York Stock Exchange, trader Americo Brunetti works on the floor, Thursday, March 25, 2021. Stocks are wobbling in afternoon trading Thursday as a slide in technology companies is being offset by gains for banks as bond yields stabilize.(Courtney Crow/New York Stock Exchange via AP)
Foto: AP/Courtney Crow

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah jeblok dalam dua hari beruntun merespon pidato ketua bank sentral Amerika Serikat (AS) Jerome Powell, Wall Street (bursa saham AS) akhirnya menunjukkan tanda-tanda akan bangkit.

Saat pembukaan perdagangan, indeks Nasdaq memimpin penguatan sebesar 0,2%, disusul Dow Jones 0,1%, dan S&P 500 naik tipis 0,01%.

Jika penguatan berhasil dipertahankan atau bahkan bertambah hingga penutupan perdagangan nanti, tentunya akan memberikan sentimen positif ke Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Rabu besok.

Penguatan Wall Street merespon penurunan harga minyak mentah. Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) merosot 4,2% ke US$ 92,93/barel, kemudian Brent minus 4,6% ke US$ 100,25/barel.

Penurunan harga minyak mentah bisa menurunkan tekanan harga energi. Seperti diketahui tingginya harga energi memicu masalah lonjakan inflasi, yang berdampak sangat buruk bagi perekonomian. Resesi mengancam dunia akibat tingginya harga energi.

Isu resesi kini "menyerang balik" minyak mentah. Ketika resesi terjadi artinya perekonomian mengalami kemerosotan, dan permintaan minyak mentah juga akan menurun.

Resesi bisa terjadi akibat bank sentral di berbagai negara yang sangat agresif dalam menaikkan suku bunga guna meredam inflasi.

Bank sentral AS (The Fed) misalnya, menegaskan masih akan terus menaikkan suku bunga dan menahannya di level tinggi hingga inflasi kembali ke 2%.

Hal tersebut diungkapkan Powell pada simposium Jackson Hole Jumat pekan lalu. Pernyataan tersebut juga membuat Wall Street terpuruk, dan masih kesulitan menguat saat ini.

Meski demikian, banyak yang mengatakan resesi adalah jalan cepat untuk menurunkan inflasi. Dan hal itu lebih baik ketimbang inflasi tinggi melanda dalam waktu yang lama.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular