Mayoritas SBN Yieldnya Hari Ini Naik, Tenor 3 Tahun Tertinggi

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup melemah pada perdagangan Selasa (30/8/2022), karena investor masih mengevaluasi sikap bank sentral Amerika Serikat (AS) yang masih akan hawkish ke depannya.
Secara mayoritas, investor cenderung melepas SBN, ditandai dengan naiknya imbal hasil (yield). Hanya SBN tenor 5 dan 20 tahun yang masih ramai diburu oleh investor, ditandai dengan turunnya yield.
Melansir data dari Refinitiv, SBN tenor 5 tahun melandai 3,2 basis poin (bp) ke posisi 6,66%. Sedangkan yield SBN tenor 20 tahun turun 0,8 bp ke 7,135%.
Untuk yield SBN berjangka waktu 25 tahun, pada hari ini pergerakan yield-nya tidak banyak berubah alias stagnan di posisi 7,541%.
Sementara untuk yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan (benchmark) negara naik 1,2 bp ke posisi 7,153%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Di pasar perdana atau pasar lelang, meski sudah menggunakan benchmark baru, tetapi minat investor di lelang Surat Utang Negara (SUN), terutama investor asing justru menurun.
Pada lelang hari ini, berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, total penawaran yang masuk dalam lelang SUN hari ini mencapai Rp 42,25 triliun.
Jumlah tersebut jauh lebih rendah dibandingkan pada lelang sebelumnya yang tercatat Rp 72,16 triliun.
Dari jumlah penawaran yang masuk, pemerintah menyerap utang sebesar Rp 19 triliun, lebih sedikit dibandingkan yang tercatat pada lelang sebelumnya yakni Rp 21,65 triliun.
Pada lelang hari ini, jumlah penawaran yang datang dari investor asing mencapai Rp 6,35 triliun. Jumlah tersebut tidak mencapai setengah dari yang tercatat pada lelang sebelumnya yakni Rp 16,79 triliun.
Jumlah penawaran asing yang masuk pada hari ini juga menjadi yang terendah dalam tiga lelang terakhir.
Jumlah penawaran dan yang diambil dari investor asing pada lelang hari ini sudah kembali ke periode sebelum Agustus, di mana pada saat itu bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) tengah menaikkan suku bunga acuan mereka secara agresif.
Merujuk pada catatan Kementerian Keuangan, minat investor asing untuk membeli surat utang pemerintah menipis setiap kali ada ekspektasi kenaikan suku bunga acuan atau pasca pengumuman kebijakan The Fed.
Pada awal Maret 2022, misalnya, minat investor asing untuk membeli surat utang Indonesia ambles dari Rp 4,37 triliun pada lelang 1 Maret menjadi Rp 1,8 triliun pada lelang 15 Maret 2022 atau menjelang kenaikan suku bunga acuan the Fed pertama kalinya.
Hal yang sama terulang pada Mei, Juni, dan Juli di mana the Fed menaikkan suku bunga.
Pada Agustus 2022, The Fed memang tidak menaikkan suku bunga acuan karena tidak ada rapat Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC).
Namun, Ketua The Fed, Jerome Powell dalam simposium Jackson Hole pada Jumat pekan lalu menyampaikan komitmen tegasnya untuk menghentikan inflasi.
Dia juga menegaskan The Fed akan terus menaikkan suku bunga meskipun itu menyebabkan "kesakitan" pada ekonomi AS. Pernyataan Powell tersebut langsung membuat pasar keuangan Emerging Market goyang, termasuk Indonesia.
Pada pagi hari ini di AS, yield obligasi pemerintah (US Treasury) cenderung melandai, di mana investor masih mengevaluasi pidato Powell.
Dilansir dari CNBC International, yield Treasury berjangka pendek yakni tenor 2 tahun turun 2,2 bp ke posisi 3,405% pada hari ini pukul 07:00 waktu setempat, dari sebelumnya pada perdagangan Senin kemarin di 3,427%.
Sedangkan untuk yield Treasury tenor 10 tahun yang merupakan obligasi benchmark negara AS juga menurun 5,2 bp menjadi 3,058% pada hari ini, dari sebelumnya pada perdagangan kemarin di 3,11%.
Selain masih mengevaluasi pidato Powell, investor di AS juga bersiap untuk perilisan serangkaian data ekonomi dan ketenagakerjaan pada pekan ini.
Adapun data yang akan dirilis yakni data indeks harga rumah FHFA periode Juni 2022, survei kepercayaan konsumen Conference Board (CB) periode Agustus 2022, dan rilis lowongan pekerjaan Biro Statistik Tenaga Kerja (JOLTS) periode Juli 2022.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
The Fed Makin Hawkish, Yield Mayoritas SBN Menguat Lagi
(chd/vap)