
Bursa Asia Kompak Melesat, kecuali Hang Seng-Shanghai

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup di zona hijau pada perdagangan Selasa (30/8/2022), setelah sehari sebelumnya ditutup berjatuhan karena investor merespons negatif dari pernyataan ketua bank sentral Amerika Serikat (AS).
Indeks Nikkei Jepang memimpin penguatan bursa Asia-Pasifik pada hari ini, yakni melonjak 1,14% ke posisi 28.195,58. Berikutnya ada KOSPI Korea Selatan yang melesat nyaris 1%, atau tepatnya 0,99% ke 2.450,93.
Sedangkan indeks Straits Times Singapura ditutup menguat 0,53% ke posisi 3.239,33, ASX 200 Australia terapresiasi 0,47% ke 6.998,3, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir naik 0,38% menjadi 7.159,47.
Hanya indeks Hang Seng Hong Kong dan Shanghai Composite China yang ditutup di zona merah pada hari ini. Hang Seng ditutup melemah 0,37% ke posisi 19.949,03 dan Shanghai terkoreksi 0,42% menjadi 3.227,22.
Di China, yang tingkat inflasinya masih terjaga justru mengalami masalah berbeda. Pemerintah China yang menerapkan kebijakan nol Covid-19 (zero covid), kemudian kekeringan yang melanda membuat pertumbuhan ekonominya diperkirakan merosot.
Tanda-tanda perekonomian China sedang sakit terlihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) di kuartal II-2022 yang hanya tumbuh 0,4% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Memang China masih menerapkan kebijakan karantina wilayah (lockdown) jika terjadi lonjakan kasus Covid-19, tetapi ada masalah berbeda juga, mulai dari krisis sektor properti hingga kekeringan.
Sementara itu dari Jepang, tingkat pengangguran pada periode Juli 2022 masih sama dengan periode Juni 2022, yakni sebesar 2,6%. Angka ini juga sesuai dengan ekspektasi pasar.
"Saat terjadinya pandemi Covid-19, Jepang memiliki kekurangan besar dalam pekerjaan layanan tatap muka dibandingkan dengan sebelum atau pra-Covid-19," kata Marcel Thieliant, ekonom di Capital Economics mengatakan di acara "Squawk Box Asia" CNBC International.
Dia menambahkan bahwa data tersebut menunjukkan konsumsi telah terpengaruh akibat lonjakan kasus Covid-19 baru-baru ini di Jepang.
"Itu akan mengakibatkan terhentinya perbaikan di pasar tenaga kerja dan stagnasi hari ini dalam tingkat pengangguran yang konsisten," tambahnya.
Pada perdagangan Senin kemarin, bursa Asia-Pasifik terpantau berjatuhan, dengan Nikkei memimpin pelemahan. Namun pada hari ini sebaliknya, di mana Nikkei memimpin penguatan bursa Asia-Pasifik.
Jatuhnya bursa saham Benua Kuning dan Benua Hijau kemarin karena investor merespons negatif dari pernyataan ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell di simposium Jackson Hole pada Jumat akhir pekan lalu.
Seperti diketahui, sejak Powell berpidato di simposium Jackson Hole, bursa saham AS, Wall Street terus merosot hingga perdagangan Senin kemarin. Pada Jumat pekan lalu, ketiga indeks utama jeblok lebih dari 3%.
Sentimen pelaku pasar yang buruk pun meluas ke berbagai belahan bumi. Isu resesi dunia semakin menguat, sebab banyak bank sentral diperkirakan akan mengambil langkah yang sama dengan The Fed guna meredam inflasi.
"Volatilitas pasar ke depannya akan meningkat sebab bank sentral di dunia akan lebih agresif, kata Mohamed El-Erian, kepala penasehat ekonomi Allianz, dalam acara "Squawk Box" CNBC International, Senin (29/8/2022) waktu setempat.
Pejabat elit bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) kini sudah mengindikasikan harus agresif demi meredam inflasi.
Seperti diketahui, ECB di bawah pimpinan Christine Lagarde pada bulan lalu menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin (bp) menjadi 0%.
Dengan suku bunga 0%, ECB masih memberikan stimulus ke perekonomian, dan masih berisiko memicu inflasi. Para ekonom menganggap suku bunga ECB akan netral jika berada di 1,5%.
Artinya, ECB kemungkinan akan bertindak agresif juga guna meredam inflasi yang berada di rekor tertinggi sepanjang masa.
Anggota dewan gubernur ECB, Isabel Schnabel pada akhir pekan lalu mengatakan bank sentral harus agresif dalam meredam inflasi, meski konsekuensinya perekonomian mengalami resesi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perdagangan Perdana di 2024, Bursa Asia Dibuka Beragam
