
Investor Saham RI Tak Bisa Tenang, Wall Street Ambrol Lagi!

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street kembali ambrol pada perdagangan Senin (29/8/2022). Pada Jumat pekan lalu, kiblat bursa saham dunia ini jeblok, ketiga indeks utama merosot lebih dari 3%, yang membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat merosot lebih dari 1,5% dan nyaris ke bawah 7.000.
Sehingga, jika hingga penutupan perdagangan nanti Wall Street gagal bangkit, IHSG berisiko merosot lagi besok.
Melansir data Refintiv, indeks Dow Jones dan Nasdaq Composite turun masing-masing 0,7% di pembukaan, S&P 500 lebih besar lagi, yakni 0,8%.
Kemerosotan tersebut terjadi setelah pidato ketua bank sentral AS (The Fed), Jerome Powell di simposium Jackson Hole.
Powell menegaskan masih akan terus menaikkan suku bunga dengan agresif hingga inflasi melandai. Bahkan, ia memperingatkan perekonomian Amerika Serikat akan mengalami "beberapa rasa sakit".
"Saat suku bunga tinggi, pertumbuhan ekonomi melambat, dan pasar tenaga kerja yang melemah maka akan membawa inflasi turun, itu juga akan memberikan beberapa kesakitan bagi rumah tangga dan dunia usaha. Itu adalah biaya yang harus kita tanggung guna menurunkan inflasi. Memang menyakitkan, tetapi kegagalan menurunkan inflasi berarti penderitaan yang lebih besar akan terjadi," kata Powell dalam acara simposium Jackson Hole, sebagaimana dilansir CNBC International, Jumat (26/8/2022).
Ia juga mengatakan suku bunga akan ditahan di level tinggi dalam waktu yang lama sampai inflasi mencapai target 2%.
"Memulihkan stabilitas harga kemungkinan membutuhkan stance yang ketat dalam waktu yang lama. Catatan sejarah sangat menentang pelonggaran kebijakan moneter yang prematur," ujarnya
Ada kemungkinan bank sentral negara lain yang juga mengalami masalah inflasi tinggi akan melakukan hal yang sama. Sehingga semakin tinggi suku bunga, saat inflasi juga tinggi, risiko resesi semakin meningkat.
Hal tersebut membuat sentimen pelaku pasar global memburuk.
"Volatilitas pasar ke depannya akan meningkat sebab bank sentral di dunia akan lebih agresif, kata Mohamed El-Erian, kepala penasehat ekonomi Allianz, dalam acara "Squawk Box" CNBC International, Senin (29/8/2022) waktu setempat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sektor Perbankan Nanjak Lagi, Wall Street Melesat Lagi