'Gegara' Powell, SBN Tenor Panjang Ramai Diburu Investor

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
29 August 2022 18:41
Sun, Ilustrasi Oligasi
Foto: Sun, Ilustrasi Oligasi

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup melemah pada perdagangan Senin (29/8/2022), karena investor masih mencerna pidato dari ketua bank sentral Amerika Serikat (AS).

Investor cenderung melepas SBN berjangka pendek dan menengah, yakni tenor 1-15 tahun ditandai dengan naiknya imbal hasil (yield). Tetapi, mereka ramai memburu SBN berjangka panjang, yakni tenor 20, 25, dan 30 tahun, ditandai dengan turunnya yield.

Melansir data dari Refinitiv, SBN tenor 20 tahun turun tipis 0,4 basis poin (bp) ke posisi 7,143%. Sedangkan yield SBN tenor 25 tahun melandai 1,1 bp ke 7,541%, dan yield SBN bertenor 30 tahun menurun 1 bp ke 7,322%.

Sementara untuk yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan (benchmark) negara meningkat 6,8 bp ke posisi 7,141%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Turunnya yield obligasi jangka panjang mencerminkan berkurangnya optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan, naiknya yield obligasi jangka pendek menunjukkan ekspektasi kenaikan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Dari AS, yield obligasi pemerintah (US Treasury) juga cenderung naik pada perdagangan pagi hari ini waktu setempat, di mana investor masih mencerna pidato dari Ketua The Fed, Jerome Powell.

Dilansir dari CNBC International, yield Treasury berjangka pendek yakni tenor 2 tahun meningkat 5,9 bp ke posisi 3,452% pada hari ini pukul 07:00 waktu setempat, dari sebelumnya pada perdagangan Jumat pekan lalu di 3,393%.

Sedangkan untuk yield Treasury tenor 10 tahun yang merupakan obligasi benchmark negara AS juga menanjak 7,3 bp menjadi 3,108% pada hari ini, dari sebelumnya pada perdagangan akhir pekan lalu di 3,035%.

Powell membuat pasar ketar-ketir sejak Jumat pekan lalu. Ia menegaskan masih akan terus menaikkan suku bunga dengan agresif hingga inflasi melandai. Bahkan, ia memperingatkan perekonomian Amerika Serikat akan mengalami "beberapa rasa sakit".

"Saat suku bunga tinggi, pertumbuhan ekonomi melambat, dan pasar tenaga kerja yang melemah maka akan membawa inflasi turun, itu juga akan memberikan beberapa kesakitan bagi rumah tangga dan dunia usaha. Itu adalah biaya yang harus kita tanggung guna menurunkan inflasi. Memang menyakitkan, tetapi kegagalan menurunkan inflasi berarti penderitaan yang lebih besar akan terjadi," kata Powell dalam acara simposium Jackson Hole, sebagaimana dilansir CNBC International, Jumat (26/8/2022) lalu. 

Ia juga mengatakan suku bunga akan ditahan di level tinggi dalam waktu yang lama sampai inflasi mencapai target 2%.

"Memulihkan stabilitas harga kemungkinan membutuhkan stance yang ketat dalam waktu yang lama. Catatan sejarah sangat menentang pelonggaran kebijakan moneter yang prematur," ujarnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular