RI Bangun Ekosistem Mobil Listrik, Ini Peran Vital Perbankan
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Indonesia memiliki ambisi untuk melakukan transisi energi dan mewujudkan net zero emission. Salah satu mega proyek yang bakal menjadi andalan dalam transisi energi ini adalah mobil listrik (electronic vehicle).
Presiden Jokowi mengatakan untuk membangun ekosistem mobil listrik, pertama adalah trust international. Dengan begitu proyek ini pun bukan hanya kecil-kecilan melainkan membentuk sebuah ekosistem.
Ekosistem mobil listriik juga termasuk dalam upaya hilirisasi barang tambang, sebagai langkah mendapatkan nilai tambah dari bumi Indonesia. Bahkan untuk nikel, nilai tambah dari produk ini pada tahun ini diperkirakan menembus US$ 30 miliar.
"Sehingga hilirisasi ini adalah sebuah awal kita ingin mendapatkan nilai tambah, misalnya nikel. Ada nilai tambah 18 kali sampai saat ini, dan saya yakin tidak hanya 20,8 miliar US dolar dari nikel, tapi kemungkinan angkanya akan naik. Tahun ini saja perkiraan saya mungkin bisa tembus 30 miliar US dolar. Berikutnya bisa US$ 35 miliar per tahun, itu hanya satu komoditas. Dan itu masih barang jadi dan setengah jadi," jelas Jokowi belum lama ini.
Dengan adanya ekosistem untuk mobil listrik, seperti baterai lithium hingga stasiun pengisian daya maka Indonesia bisa menarik perhatian pemain-pemain global. Misalnya saja Hyundai yang kini terbukti sudah masuk dalam ekosistem ini, dan beberapa merek lainnya yang akan mengikuti.
"Yang ini kita ikutkan BUMN kita masuk ke sana sehingga transfer teknologinya nanti juga ada, terjadi. Baik pada saat mulai konsesi bahan mentah, kemudian masuk ke smelternya juga bareng-bareng, kemudian masuk ke industri baterainya juga bareng-bareng, masuk ke industri mobilnya kita juga ikut bersama-sama di situ," jelas Jokowi.
Dia mengharapkan Indonesia bisa menjadi kekuatan besar untuk mobil listrik dunia, dan dari situ Indonesia bisa segera masuk kepada negara industri maju.
"Sehingga ekosistem besarnya menjadi kita dapatkan dan kita menjadi sebuah kekuatan besar untuk mobil listrik dunia. Karena Indonesia adalah penghasil nikel terbesar, ini yang menjadi kekuatan besar kita. Sehingga gabungan antara nikel, bauksit, tembaga, timah ini menjadi barang yang betul-betul terencana sejak awal dan terintegrasi, ini yang sulit kita mengutak-atik agar bisa terjadi," jelas Jokowi.
Rencana pemerintah untuk menjadi pemain penting dalam ekosistem mobil listrik dunia juga didukung oleh industri perbankan. Dukungan yang diberikan oleh industri keuangan memiliki peran penting, bukan hanya di sisi hulu untuk produksi listrik, melainkan juga untuk kepemilikannya di tengah masyarakat.
Perbankan dapat memberikan solusi pembiayaan bagi investor yang ingin berinvestasi dalam ekosistem mobil listrik, dan juga masyarakat yang ingin mengendarainya. Salah satunya bank pelat merah PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) yang konsisten mendukung langkah net zero emission dari hulu ke hilir.
Direktur Corporate Banking BNI Silvano Rumantir mengatakan untuk mendukung target pemerintah mewujudkan net zero emission pada 2060, perusahaan terus menggeber kredit ke sektor hijau melalui green banking. Komitmen ini juga mengarah pada penggunaan energi baru terbarukan (EBT), yang membutuhkan dukungan perbankan.
Dukungan yang bisa diberikan, yakni pembiayaan dan pengembangan produk terhadap sektor berkelanjutan.
"Berdasarkan kalkulasi pemerintah dibutuhkan dana Rp 28.000 triliun dan sampai Juni 2022, sudah sekitar Rp 176,6 triliun pembiayaan BNI di sektor hijau," kata Silvano dalam Economic Update CNBC Indonesia belum lama ini.
Kini sekitar 28,6% dari total kredit BNI disalurkan untuk pembiayaan hijau. Seluruh pembiayaan tersebut diperuntukkan bagi industri yang menghasilkan produk atau jasa yang berdampak positif terhadap lingkungan hidup.
Pertumbuhan tinggi tercatat pada energi terbarukan, terutama pada hydro power plant. Pembiayaan hijau juga diarahkan ke UMKM, pengelolaan lahan berkelanjutan, pengelolaan air dan limbah. Dia menambahkan BNI memiliki tujuan untuk fokus ke debitur top tier yang berkelanjutan dan peduli lingkungan.
"Artinya model perusahaan bisnis blue chip ini sustain dan peduli terhadap lingkungan. Oleh karena itu, BNI secara paralel menerapkan prinsip ESG dan terus ditingkatkan, termasuk untuk green portofolio," ujarnya.
Beberapa pembiayaan hijau pada top tier nasabah BNI terbukti telah memberikan efisiensi energi dan infrastruktur berwawasan lingkungan. Langkah ini sekaligus menegaskan posisi BNI sebagai pioner.
"Kami juga mengkaji bagaimana memberikan insentif untuk green portofolio. Yang baru kami luncurkan adalah kredit untuk yang memiliki EV. Dengan kepedulian sosial dan lingkungan, praktik tata kelola perusahaan," kata Silvano.
(rah/rah)