
Wall Street Tumbang, Waspada Potensi Gejolak IHSG Awal Pekan

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhir pekan lalu kurang bergairah. Indeks ditutup melemah 0,54% atau setara 38,96 poin ke level 7.135,25, Jumat (29/8/2022).
Pergerakan serupa sepertinya masih akan terjadi di awal pekan ini, Senin (29/8/2022). "IHSG masih menunjukkan pola konsolidasi wajar dengan potensi tekanan," ujar William Surya Wijaya, analis Yugen Bertumbuh Sekuritas.
Namun, tekanan tersebut bersifat minor dan diperkirakan hanya terjadi untuk jangka pendek. Indeks diperkirakan akan bergerak pada rentang 7.002-7.223.
Sehingga, potensi koreksi bisa dimanfaatkan investor untuk memilih saham menarik yang tengah terdiskon untuk investasi jangka panjang.
Beberapa saham pilihan dari Yugen seperti UNVR, TLKM, TBIG dan HMSP.
Sementara, berdasarkan perkiraan Phintraco Sekuritas, IHSG hari ini akan bergerak pada rentang 7.050-7.180. Pergerakan indeks masih dipengaruhi oleh sentimen asing maupun domestik.
Dari luar negeri, perlu diwaspadai efek melemahnya Wall Street lebih dari 3% akhir pekan lalu. Pelemahan ini dipicu oleh pidato Kepala the Fed, Jerome Powell bahwa untuk menstabilkan harga atau menekan inflasi ke level target diperlukan kebijakan moneter ketat untuk beberapa waktu ke depan.
Pelemahan tersebut berpotensi memicu sell-off di pasar modal Indonesia, terutama di awal pekan ini. Meski demikian, mungkin pelemahan akan cenderung terbatas di kisaran 7.050-7.080 mengingat kondisi Stochastic RSI yang menunjukkan bahwa IHSG berada di oversold area.
Dari dalam negeri, kepastian penyesuaian harga BBM subsidi diperkirakan belum akan disampaikan pada pekan ini. Pemerintah berupaya agar subsidi energi yang sebesar Rp 502,4 triliun tidak bertambah, meskipun akan ada tambahan kuota BBM subsidi.
Masih dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis inflasi bulan Agustus 2022 yang diperkirakan melandai ke 4.86% yoy, dari 4.94% yoy di Juli 2022. Akan tetapi, inflasi inti diperkirakan naik ke 2.98% secara tahunan atau year on year (yoy) di Agustus 2022, dari 2.86% yoy di Juli 2022. Data ini termasuk dalam pertimbangan utama Pemerintah dalam menetapkan kebijakan harga BBM sunsidi tersebut.
(RCI/dhf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000