Ini Risiko 'Besar' Jika RI Tetap Ngotot Beli Minyak Rusia
Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia berencana melakukan impor minyak mentah dari Rusia. Hal ini pertama kali mencuat dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno. Ia mengatakan Jokowi dikabarkan telah menyetujui rencana mengimpor minyak dari Rusia, karena lebih murah dibandingkan harga pasar internasional.
Menurut Sandiaga, harga minyak Rusia lebih murah 30% dibandingkan harga di pasar internasional. Namun, meskipun harga minyak mentah Rusia lebih murah, ada kekhawatiran mengenai sanksi embargo oleh Amerika Serikat dan bisa saja meluas juga ke aliansi baratnya seperti yang terjadi oleh Rusia.
Sandiaga pun mengatakan bahwa embargo dari Amerika Serikat tetap akan berdampak kepada Indonesia.
"Ada yang nggak setuju karena takut, 'wah nanti gimana diembargo ke Amerika Serikat'. Ya biarin. Kalau di-embargo paling kita nggak bisa makan McDonald's," katanya.
Sayangnya, sanksi Negeri Adikuasa tidak sekedar tidak bisa makan ayam goreng. Bahkan, bisa lebih kejam. Negeri Paman Sam sendiri merupakan salah satu negara tujuan ekspor utama Indonesia selain China dan India.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), AS berkontribusi terhadap 10,96% total ekspor Indonesia. Nilainya hingga Juli 2022 sebesar US$ 17,27 miliar atau Rp 255,62 triliun (kurs = Rp 14.800 per dolar AS).
Adapun barang-barang yang gemar dibeli oleh Amerika Serikat dari Indonesia merupakan kebutuhan sandang, pangan, dan papan.
Ekspor kayu lapis jadi urutan teratas barang ekspor dari Indonesia ke Amerika. Hingga Mei, nilainya mencapai US$ 2,68 miliar. Berikutnya ekspor pakaian jadi dengan nilai mencapai US$ 2,02 miliar.
Minyak kelapa sawit Indonesia (Crude Palm Oil/CPO) pun digandrungi oleh negara yang sudah berusia 246 tahun ini. Sepanjang periode Januari hingga Mei, nilai ekspor CPO Indonesia ke AS senilai US$ 963,31 juta. Mengikuti ada ekspor sepatu olah raga senilai US$ 949,68 juta.
(vap/vap)