
Duo Saham Grup Bakrie Paling Cuan, OLIV Masih Aja Terboncos

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup terkoreksi pada perdagangan Kamis (25/8/2022) kemarin.
Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup melemah 0,28% ke posisi 7.174,208.
IHSG sempat menyentuh zona psikologisnya di 7.200 atau tepatnya di posisi 7.210,16 pada awal perdagangan sesi I kemarin. Posisi ini juga menjadi level tertingginya kemarin. Namun, IHSG gagal mempertahankan zona psikologis tersebut.
Pada awal perdagangan sesi I kemarin, IHSG dibuka naik tipis 0,01% di posisi 7.195,36. Selang beberapa menit setelah dibuka, IHSG cenderung 'galau' dan pada akhirnya berbalik melemah hingga akhir perdagangan.
Nilai transaksi indeks pada perdagangan kemarin mencapai sekitaran Rp 13 triliun dengan melibatkan 31 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,2 juta kali. Sebanyak 222 saham naik, 290 saham turun, dan 186 saham lainnya stagnan.
Investor asing mulai melakukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 656,12 miliar di seluruh pasar, dengan rincian sebesar Rp 536,23 miliar di pasar reguler dan sebesar Rp 119,89 miliar di pasar tunai dan negosiasi.
Saat IHSG ditutup melemah, beberapa saham masuk ke jajaran top gainers. Berikut sepuluh saham yang menjadi top gainers pada perdagangan Kamis kemarin.
![]() |
Saham emiten jasa pengeboran dan perawatan sumur minyak yakni PT Ancora Indonesia Resources Tbk (OKAS) kembali memimpin deretan top gainers pada perdagangan kemarin. Saham OKAS ditutup meroket 34,62% ke posisi harga Rp 140/saham.
Nilai transaksi saham OKAS pada perdagangan Kamis kemarin mencapai Rp 27,23 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 212,37 juta lembar saham. Investor asing melepas saham OKAS sebesar Rp 115,37 juta di seluruh pasar.
Jika melihat data perdagangan, sejak perdagangan 15 Agustus hingga kemarin, saham OKAS mencatatkan penguatan sebanyak 4 kali, melemah sekali, dan sisanya stagnan sebanyak 3 kali.
Dengan ini, maka saham OKAS telah mencatatkan kenaikan hingga mencapai 81,82% dalam sepekan terakhir dan melejit 118,75% dalam sebulan terakhir.
Kabar terbaru menyebutkan OKAS tengah berniat mencari modal kerja untuk memperkuat posisi keuangan dan meningkatkan utilisasi rig perusahaan. Opsi menggandeng mitra guna menjaring pendanaan dalam bentuk kerja sama operasi menjadi salah satu opsi yang dipertimbangkan.
Menurut data perusahaan, permintaan jasa pengeboran memang sedang tinggi-tingginya. Utilisasi rig perusahaan mengalami kenaikan sekitar 40% pada sepanjang Januari-Juni 2022 jika dibandingkan periode sama tahun 2021.
Maka dari itu, menurut rencana OKAS, nantinya dana yang berhasil didapat bakal dipergunakan sebagai modal kerja untuk memaksimalkan peluang pasar dan meningkatkan utilisasi rig.
Selain saham OKAS, dua saham Grup Bakrie juga terpantau melesat dan masuk ke jajaran top gainers kemarin. Adapun saham Grup Bakrie tersebut yakni PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan anak usahanya yakni PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS).
Saham BUMI ditutup melonjak 16,78% ke posisi Rp 174/saham. Nilai transaksi saham BUMI pada perdagangan kemarin terbilang cukup jumbo yakni mencapai Rp 1,55 triliun dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 9,29 miliar lembar saham. Asing juga melepas saham BUMI sebesar Rp 972,77 juta di pasar reguler.
Sedangkan saham BRMS berakhir melesat 10,34% ke posisi Rp 256/saham. Nilai transaksi saham BRMS kemarin mencapai Rp 394 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 1,62 miliar lembar saham.
Seperti di saham BUMI, asing juga melepas saham BRMS sebesar Rp 336,12 juta di pasar reguler.
Seperti diketahui, saham BUMI dalam beberapa bulan terakhir menjadi salah satu saham primadona di Bursa. Terakhir, NBS Clients dilaporkan menambah kepemilikannya atas saham BUMI.
Mengutip keterbukaan informasi di BEI, NBS Clients menambah kepemilikan saham BUMI dari 9,417,265,262 saham menjadi 9.617.265.262 saham atau 6,87%.
BUMI juga telah mengumumkan penambahan modal dengan jumlah saham sebanyak 5.101.889.506 lembar seri C bernominal Rp 50 per saham dengan harga pelaksanaan Rp 80 per saham.
Saham Seri C yang diterbitkan Perseroan dalam private placement atau penambahan modal tanpa memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) tersebut adalah untuk memenuhi permintaan konversi dari pemegang obligasi wajib konversi (OWK).