Mayoritas Bursa Asia Loyo, Kecuali RI & Korea

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
24 August 2022 16:57
Investors look at computer screens showing stock information at a brokerage house in Shanghai, China September 7, 2018. REUTERS/Aly Song
Foto: Bursa China (Reuters/Aly Song)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup di zona merah pada perdagangan Rabu (24/8/2022), di mana investor masih mencerna komentar hawkish dari pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS).

Indeks ASX 200 Australia, KOSPI Korea Selatan, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona hijau pada hari ini. Indeks ASX 200 Australia ditutup menguat 0,52% ke posisi 6.998,1, KOSPI bertambah 0,5% ke 2.447,45, dan IHSG terapresiasi 0,44% menjadi 7.194,71.

Sedangkan sisanya ditutup di zona merah. Indeks Nikkei Jepang ditutup melemah 0,49% ke posisi 28.313,47, Hang Seng Hong Kong ambles 1,2% ke 19.268,74, Shanghai Composite China anjlok 1,86% ke 3.215,2, dan Straits Times Singapura terkoreksi 0,39% menjadi 3.233,48.

Investor di kawasan Asia-Pasifik juga masih mencerna komentar hawkish dari pejabat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) beberapa waktu lalu.

Menurut Presiden The Fed Minneapolis, Neel Kashkari, The Fed berkomitmen untuk meredam inflasi dengan mengetatkan kebijakan moneter dan menyebutkan ketakutannya bahwa tekanan inflasi diabaikan oleh pasar.

"Ketakutan besar yang ada di benak saya adalah jika kita salah dan pasar salah, dan bahwa inflasi ini jauh lebih tertanam pada tingkat yang jauh lebih tinggi daripada yang kita hargai atau hargai pasar," kata Kashkari.

Komentar tersebut membuat pasar bersiap untuk pernyataan The Fed yang lebih agresif lagi dari Ketua The Fed, Jerome Powell pada Jumat waktu AS di Jackson Hole, Wyoming.

Di lain sisi, Saat ini, prediksi pasar cenderung terbelah, di mana ada yang memperkirakan The Fed akan menaikkan kembali suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin (bp), ada juga yang memperkirakan kenaikan 75 bp.

Berdasarkan perangkat CME FedWatch, peluang kenaikan suku bunga acuan AS sebesar 50 bp ke 2,75-3% adalah 58,5%. Sementara kemungkinan kenaikan 75 bp adalah 41,5%.

Selain dari sikap hawkish The Fed, beberapa data ekonomi yang dirilis di beberapa negara juga terpantau kembali melambat, menyebabkan pelaku pasar semakin khawatir.

"Pergerakan pasar baru-baru ini disebabkan oleh kombinasi dari The Fed dan bank sentral yang berpegang teguh pada mandat inflasi mereka, serta pada saat yang sama indikator ekonomi terbaru menunjukkan tanda-tanda pelemahan tidak hanya di Eropa, tetapi juga di AS dan juga di Jepang," kata Tai Hui, kepala strategi pasar untuk Asia di JPMorgan Asset Management.

Sementara itu dari AS, Kontrak berjangka (futures) indeks bursa AS diperdagangkan lebih rendah di pra-pembukaan perdagangan hari ini, di mana investor bersiap untuk pelemahan yang lebih tajam menjelang pernyataan Powell.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perdagangan Perdana di 2024, Bursa Asia Dibuka Beragam

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular