Gegara Jackson Hole, Rupiah Tak Mampu Lanjutkan Penguatan
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah mencatat rebound impresif melawan dolar Amerika Serikat (AS) Selasa kemarin setelah Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga. Tidak sekedar menguat, rupiah juga menjadi mata uang terbaik di Asia.
Namun, pada perdagangan Rabu (24/8/2022) rupiah berakhir melemah tipis 0,07% ke Rp 14.845/US$. Sebelumnya rupiah sempat menguat 0,12% sebelum berbalik melemah 0,24%.
Meski melemah, kinerja rupiah tidak terlalu buruk. Beberapa mata uang utama Asia lainnya melemah lebih tajam melawan dolar AS.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hingga pukul 15:07 WIB.
Perhatian pelaku pasar sudah tertuju pada simposium Jackson Hole yang membuat rupiah sulit menguat.
Simposium tersebut akan dimulai Kamis (25/8/2022) dan berlangsung selama 3 hari, dan bisa membuat pasar finansial global gonjang ganjing.
Simposium Jackson Hole merupakan acara tahunan yang dihadiri oleh pimpinan bank sentral, menteri keuangan, akademisi hingga praktisi pasar finansial dari berbagai negara.
Pertemuan ini diadakan oleh Federal Reserve (The Fed) wilayah Kansas City di wilayah Jackson Hole, Wyoming. Simposium Jackson Hole ke 45 tahun ini mengusung tema "Reassessing Constraints on the Economy and Policy".
Dalam simposium tersebut, para peserta yang hadir akan membahas isu-isu perekonomian dunia saat ini.
Nah, hal inilah yang bisa membuat pasar finansial dunia gonjang-ganjing. Seperti diketahui, perekonomian dunia saat ini menghadapi masalah tingginya inflasi. Bank sentral di berbagai negara sudah mengerek suku bunga dengan sangat agresif guna meredam inflasi.
BI juga baru saja mengerek suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin menjadi 3,75%.
Masalahnya, meski bank sentral di negara maju sangat agresif menaikkan suku bunga, inflasi belum juga menurun. Sehingga kekhawatiran akan resesi hingga stagflasi menghantui dunia.
Pasar menanti pernyataan ketua bank sentral AS (The Fed) Jerome Powell pada simposium Jackson Hole pekan ini, terutama terkait dengan inflasi.
Seandainya Powell menyatakan inflasi belum mencapai puncaknya, maka akan berdampak buruk ke pasar finansial. The Fed kemungkinan masih akan sangat agresif menaikkan suku bunga di bulan depan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)