Bursa Asia Dibuka Menguat Terbatas, Hang Seng 'Galau'

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
24 August 2022 08:45
A man walks past an electronic stock board showing Japan's Nikkei 225 index at a securities firm in Tokyo Wednesday, Dec. 11, 2019. Asian stock markets have risen following a report President Donald Trump plans to delay a tariff hike on Chinese goods. (AP Photo/Eugene Hoshiko)
Foto: Bursa Jepang (Nikkei). (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung menguat pada perdagangan Rabu (24/8/2022), di tengah terkoreksinya lagi bursa saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa kemarin.

Indeks Nikkei Jepang dibuka naik tipis 0,04%, Hang Seng Hong Kong juga naik tipis 0,01%, Shanghai Composite China menguat 0,11%, ASX 200 Australia bertambah 0,27%, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,5%.

Sementara untuk indeks Straits Times Singapura dibuka turun tipis 0,06% pada perdagangan pagi hari ini.

Bursa Asia-Pasifik yang cenderung menguat terbatas terjadi di tengah terkoreksinya lagi bursa saham AS, Wall Street pada perdagangan Selasa kemarin, karena investor bersiap untuk komentar hawkish dari bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 0,47% ke posisi 32.909,59, S&P 500 terkoreksi 0,22% ke 4.128,73, dan Nasdaq Composite turun tipis 0,002% menjadi 12.381,3.

"Pasar ekuitas di AS kembali melemah di tengah perdagangan yang relatif ringan karena data manufaktur dan perumahan yang buruk membebani sentimen pasar," kata ANZ Research dalam laporan riset hariannya, dikutip dari CNBC International.

Data aktivitas manufaktur AS yang terpantau menurun direspons kurang baik oleh investor di AS.

Data flash reading dari PMI manufaktur AS periode bulan ini versi Global S&P tercatat turun menjadi 45, dari sebelumnya di angka 47,7 pada Juli lalu. Angka ini menjadi yang terendah sejak Mei 2020.

Di lain sisi, investor cenderung wait and see jelang komentar terbaru dari Ketua The Fed, Jerome Powell tentang kondisi inflasi dan potensi kenaikan suku bunga dalam simposium ekonomi tahunan The Fed yang akan dihelat di Jackson Hole, Wyoming, Jumat mendatang.

Pasar memperkirakan bahwa The Fed masih akan bersikap hawkish pada pertemuan September mendatang.

Saat ini, prediksi pasar cenderung terbelah, di mana ada yang memperkirakan The Fed akan menaikkan kembali suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin (bp), ada juga yang memperkirakan kenaikan 75 bp.

Berdasarkan perangkat CME FedWatch, peluang kenaikan suku bunga acuan AS sebesar 50 bp ke 2,75-3% adalah 58,5%. Sementara kemungkinan kenaikan 75 bp adalah 41,5%.

Sementara itu menurut Presiden The Fed Minneapolis, Neel Kashkari, ketakutan terbesarnya adalah bahwa pasar meremehkan seberapa tinggi inflasi akan pergi, menambahkan bahwa The Fed mungkin perlu lebih agresif daripada yang diantisipasi.

"Ketakutan besar yang ada di benak saya adalah jika kita salah dan pasar salah, dan bahwa inflasi ini jauh lebih tertanam pada tingkat yang jauh lebih tinggi daripada yang kita hargai atau hargai pasar," kata Kashkari.

Kashkari berekspektasi inflasi Negeri Paman Sam dapat kembali turun menjadi 2% dalam dua tahun ke depan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perdagangan Perdana di 2024, Bursa Asia Dibuka Beragam

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular