
Ekonomi Amerika Mulai Gelap, Rupiah Libas Dolar Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sukses menghentikan pelemahan 5 hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) kemarin. Tidak sekedar menguat, rupiah juga menjadi mata uang terbaik di Asia terbaik di Asia.
Kejutan dari Bank Indonesia (BI) membuat rupiah yang sebelumnya melemah langsung berbalik menguat dan masih berlanjut pada perdagangan Rabu (24/8/2022). Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan, tetapi tidak lama langsung menguat tipis 0,03% ke Rp 14.830/US$. Selain kejutan dari BI, muncul tanda-tanda ekonomi Amerika Serikat bakal "gelap" membuat rupiah berpeluang mencatat penguatan 2 hari beruntun.
Seperti diketahui, Gubernur BI Perry Warjiyo dan kolega menaikkan suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin.
"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 22-23 Agustus 2022 memutuskan untuk menaikkan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 3,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 3%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,5%," ungkap Perry dalam jumpa pers usai RDG BI Agustus, Selasa (23/8/2022).
Inflasi yang diprediksi meningkat menjadi salah satu alasan BI menaikkan suku bunga.
BI memperkirakan inflasi umum pada keseluruhan 2022 akan mencapai 5,2%. Sementara inflasi inti diperkirakan bisa menembus level 4,15%.
"Pada akhir tahun ini bisa lebih tinggi 4,15% itu adalah inflasi inti dan dengan perkembangan itu, inflasi IHK di atas 5% atau 5,24%," jelasnya.
Meski suku bunga dinaikkan dan inflasi meningkat, BI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi masih akan tinggi.
"(Pertumbuhan ekonomi kuartal II-2022) sudah tinggi yaitu 5,44%, ini lebih tinggi dari perkiraan BI yang 5,1%. Pada kuartal III-2022 juga tinggi, bahkan bisa lebih tinggi dari kuartal II-2022," kata Perry, Selasa (23/8/2022).
Permintaan domestik, lanjut Perry, sudah cukup kuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. "Pada kuartal III-2022 bisa mencapai 5,5%," ungkapnya.
Dengan demikian, proyeksi pertumbuhan ekonomi sepanjang 2022 akan berada di batas atas kisaran 4,5-5,3%.
Dalam paparan hasil rapat RDG, BI pun menegaskan akan mengerahkan seluruh instrumen yang dimilikinya untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Sementara itu indeks dolar AS terkoreksi 0,4% pada perdagangan Selasa, penyebabnya perekonomian Negeri Paman Sam yang menunjukkan tanda-tanda pelambatan.
Aktivitas sektor jasa Amerika Serikat yang kontraksinya makin dalam. S&P Global melaporkan purchasing managers' index (PMI) sektor jasa bulan ini turun menjadi 44,1 dari bulan lalu 47,3. Artinya sektor jasa sudah mengalami kontraksi dalam dua bulan beruntun.
Kemudian PMI manufaktur juga menurun meski masih bereskpansi sebesar 51,3 dari sebelumnya 52,2.
Dengan pelambatan tersebut, bank sentral AS (The Fed) diperkirakan akan mempertimbangkan untuk tidak terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga.
"PMI manufaktur dan jasa jauh di bawah ekspektasi, yang menimbulkan pertanyaan seberapa kuat perekonomian Amerika Serikat dan mendukung narasi ketua The Fed Jerome Powell akan mengendurkan laju kenaikan suku bunga," kata Ed Moya, analis pasar senior di Oanda, sebagaimana dilansir CNBC International.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Penyebab Rupiah Menguat 4 Pekan Beruntun, Terbaik di Asia
