Suku Bunga Sudah Naik, Rupiah Bisa ke Bawah Rp 14.800/US$?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Rabu, 24/08/2022 06:56 WIB
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) memberikan kejutan ke pasar finansial dengan menaikkan suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 3,75%. Alhasil, rupiah yang sebelumnya melemah di atas Rp 14.900/US$ berbalik menguat 0,35% ke Rp 14.835/US$, bahkan menjadi yang terbaik di Asia.

Rupiah berpeluang melanjutkan penguatan pada perdagangan Rabu (24/8/2022). Selain faktor kejutan dari BI, dolar AS juga sedang tertekan pasca rilis data aktivitas sektor jasa Amerika Serikat yang kontraksinya makin dalam.

S&P Global melaporkan purchasing managers' index (PMI) sektor jasa bulan ini turun menjadi 44,1 dari bulan lalu 47,3. Artinya sektor jasa sudah mengalami kontraksi dalam dua bulan beruntun.


Kemudian PMI manufaktur juga menurun meski masih berkespansi sebesar 51,3 dari sebelumnya 52,2.

Data PMI tersebut menunjukkan perekonomian AS mulai melambat, yang bisa menjadi pertimbangan The Fed untuk tidak terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga. Indeks dolar AS pun turun 0,4% pada perdagangan Selasa.

Secara teknikal, resisten kuat Rp 14.885/US$ hingga Rp 14.890/US$ yang merupakan rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA50), mampu menahan pelemahan rupiah dan berbalik menguat tajam Selasa (23/8/2022).

Rupiah yang disimbolkan (USD/IDR) sebelumnya melemah 5 hari beruntun yang membuatnya kembali ke atas Rp 14.730/US$, yang merupakan Fibonacci Retracement 61,8%. Pelemahan rupiah yang disimbolkan USD/IDR pun berlanjut Senin (22/8/2022) kemarin.

Fibonacci Retracement tersebut ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.

Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv 

Sementara itu indikator Stochastic pada grafik harian sudah naik dari wilayah jenuh jual (oversold).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Stochastic bergerak naik tetapi belum mencapai wilayah jenuh beli, sehingga tekanan bagi rupiah masih cukup besar.

MA 50 menjadi resisten terdekat jika ditembus secara konsisten rupiah berisiko merosot di ke ke Rp 14.930/US$, sebelum kembali mendekati Rp 15.000/US$.

Sementara support terdekat berada di kisaran Rp 14.830/US$. Penembusan ke bawah level tersebut akan membawa rupiah ke Rp 14.800/US$, sebelum menuju Rp 14.770/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS