Pasar Tunggu Pidato Powell, Wall Street Dibuka Mixed!

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
23 August 2022 20:46
Specialist Peter Mazza, left, and trader Michael Urkonis work on the floor of the New York Stock Exchange, Monday, Jan. 14, 2019. Stocks are opening lower on Wall Street after China reported a surprise drop in exports to the U.S. last month. (AP Photo/Richard Drew)
Foto: Wall Street (AP Photo/Richard Drew)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) bergerak beragam pada pembukaan perdagangan Selasa (23/8/2022), di mana investor bersiap untuk komentar hawkish dari bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Dow Jones turun tipis 0,05% di pembukaan menjadi 33.045,8. Sedangkan, indeks S&P 500 naik 0,09% ke 4.141,66 dan Nasdaq menguat 0,2% ke 12.406,7.

Pada Senin (22/8), indeks Dow Jones tergelincir lebih dari 600 poin, sedangkan indeks S&P 500 dan Nasdaq ambles masing-masing sebesar 2%. Terkoreksinya bursa saham AS tersebut menjadi pelemahan terburuk harian sejak Juni 2022.

Ambruknya bursa saham Wall Street dipicu oleh 11 emiten dari indeks S&P 500 yang melemah. Penurunan tersebut dipimpin oleh saham emiten teknologi informasi dan konsumen diskresi. Terkoreksinya saham teknologi turut membebani Nasdaq.

"Bear market ini dalam pandangan kami akan menjadi yang terakhir," tulis Analis Morgan Stanley Lisa Shalett dikutip CNBC International.

Kepala Komite Investasi Global mengatakan bahwa investor meremehkan inflasi, meningkatnya risiko resesi, dan ekspektasi pendapatan yang turun di beberapa titik.

Saham Palo Alto Networks melonjak di pra-pembukaan perdagangan setelah melaporkan kinerja keuangan, sementara saham Zoom Video ambles setelah memangkas proyeksi pendapatannya hingga akhir tahun ini.

Investor hingga saat ini masih mengantisipasi komentar terbaru Ketua The Fed Jerome Powell tentang kondisi inflasi dan potensi kenaikan suku bunga dalam simposium ekonomi tahunan bank sentral AS yang akan di helat di Jackson Hole, Wyoming hari Jumat (26/8) mendatang.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wall Street "Kebakaran", Inflasi Tinggi Jadi Biang Kerok?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular