Inflasi Makin Menggila, Awas Dolar Singapura Jadi 'Senjata'
Jakarta, CNBC Indonesia - Laju kenaikan inflasi di Singapura masih belum melandai di bulan Juli. Posisinya bahkan di level tertinggi dalam 14 tahun terakhir. Kenaikan inflasi tersebut membuat Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS) semakin kuat diprediksi akan kembali mengetatkan kebijakan moneternya.
Nilai tukar dolar Singapura pun bangkit dari level terendah satu bulan bulan melawan rupiah. Pada perdagangan Selasa (23/8/2022), pada pukul 13:58 WIB, dolar Singapura diperdagangkan di kisaran Rp 10.657/SG$, menguat 0,12% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Bank investasi Barclays mengatakan untuk meredam inflasi, nilai tukar dolar Singapura perlu lebih kuat lagi. Artinya, dolar Singapura bisa semakin mahal jika kebijakan tersebut yang diambil MAS.
"Framework dolar Singapura dimaksudkan untuk memperlambat ekspor, sebab dolar Singapura akan terapresiasi merespon kebijakan moneter, dan secara natural akan memperlambat perekonomian," kata Brian Tan, ekonom regional senior di Barclays, sebagaimana dilansir CNBC International, pertengahan bulan lalu.
Penguatan dolar Singapura sudah pasti akan membuat ekspor, yang merupakan motor penggerak ekonomi, melambat, tetapi menurut Tan hal itu menjadi faktor yang "tepat" yang dibutuhkan Singapura untuk meredam inflasi.
MAS pada bulan lalu sudah menyatakan akan mengambil langkah lebih lanjut guna melawan inflasi. Para ekonom melihat MAS akan kembali mengetatkan kebijakannya pada Oktober nanti, yang bisa memicu penguatan dolar Singapura.
Inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) Singapura dilaporkan tumbuh 7% year-on-year (yoy) pada Juli, yang merupakan level tertinggi dalam 14 tahun terakhir, tepatnya sejak Juni 2008. Inflasi inti juga melesat 4,8% (yoy) dari Juni sebesar 4,4%.
MAS melaporkan, kenaikan inflasi tersebut akibat tingginya harga makanan, listrik dan gas. Harga listrik dilaporkan melesat 24% dibandingkan tahun lalu, lebih tinggi dari kenaikan Juni 20%. Kemudian harga makanan naik 6,1% (yoy), juga lebih tinggi dari bulan sebelumnya 5,4% (yoy).
Meski inflasi terus menanjak, MAS masih mempertahankan proyeksi inflasinya di tahun ini. Untuk inflasi inti diperkirakan sebesar 3% - 4%, dan inflasi headline sebesar 5% - 6%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)