The Fed Diramal Hawkish, Masa Depan Emas Suram?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
Selasa, 23/08/2022 11:20 WIB
Foto: Zlaťáky.cz/Pexels

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia telah turun enam hari perdagangan beruntun. Mata uang dolar Amerika Serikat jadi biang keladinya.

Dollar Index memecahkan rekor tertinggi dalam 20 tahun terakhir. Saat ini posisinya di 109,046.

Dolar yang melesat membuat emas menjadi kurang menarik. Sebab, aset yang dibanderol dengan greenback menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lain.


Emas berada di bawah tekanan dari dolar dan ekspektasi pasar bahwa Ketua Fed Jerome Powell akan memperkuat sikap hawkish bank sentral AS dalam pidatonya di Jackson Hole, konferensi perbankan sentral Wyoming akhir pekan ini, kata Daniel Ghali, ahli strategi komoditas di TD Securities.

Menurut ekonom dalam jajak pendapat Reuters, Fed kemungkinan akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada September di tengah ekspektasi inflasi AS telah memuncak dan kekhawatiran resesi yang berkembang.

Namun, para pelaku pasar berpandangan lain. Berdasarkan perangkat CME FedWatch, peluang kenaikan suku bunga acuan AS sebesar 50 bps ke 2,75-3% adalah 41,5%. Sementara kemungkinan kenaikan 75 bps adalah 58,5%.

Foto: FEDWatch
Perkiraan Suku Bunga The Fed

Harga bisa turun di bawah US$1.700 per troy ons setelah konferensi Jackson Hole, tambah Ghali. Suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan biaya peluang memegang emas, yang tidak memberikan imbal hasil.

Pada Selasa (23/8/2022) pukul 10.00 WIB harga emas dunia di pasar spot tercatat US$1.737,98 per troy ons, naik 0,13% dibandingkan posisi kemarin.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bukti Gonjang-ganjing Trump Bikin Bisnis Tambang Emas Melejit