China Bikin Kaget, Dolar Singapura Jadi Terpeleset!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Senin, 22/08/2022 15:15 WIB
Foto: Ilustrasi dolar Singapura (CNBC Indonesa/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura sempat melemah melawan rupiah di awal perdagangan Senin (22/8/2022), setelah China kembali mengejutkan pasar finansial global. Namun, rupiah yang sedang dalam tekanan membuat dolar Singapura mampu berbalik menguat.

Melansir data Refinitiv, dolar Singapura pagi ini merosot 0,21% ke Rp 10.632/SG$ yang merupakan level terendah sejak pertengahan Juli lalu. Dolar Singapura kini berbalik menguat, pada pukul 13:27 WIB diperdagangkan di kisaran Rp 10.670/SG$ menguat 0,16% di pasar spot.

Merosotnya dolar Singapura tidak lepas dari langkah mengejutkan bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) yang kembali memangkas suku bunga acuannya.


Ketika suku bunga acuan dipangkas, artinya PBoC melihat tanda-tanda pelambatan ekonomi. Dolar Singapura pun terpukul, sebab China merupakan pasar ekspor utama Singapura. Sebagian negara dengan rasio ekspor terhadap produk domestik bruto (PDB) lebih dari 100%, penurunan permintaan dari China tentunya akan berdampak buruk.

PBoC hari ini memangkas suku bunga acuannya loan prime rate (LPR) tenor 1 tahun menjadi 2,65% dari sebelumnya 3,7%. Sementara LPR tenor 5 tahun dipangkas menjadi 4,3% dari sebelumnya 4,45%.

Pada pekan lalu, PBoC juga memangkas suku bunga medium term lending facility (MLF) tenor 1 tahun sebesar 10 basis poin untuk beberapa institusi finansial.

Dengan pemangkasan suku bunga, perekonomian China yang saat ini masih terkena dampak lockdown diharapkan akan kembali terpacu.

Tetapi pasar jadi khawatir, sebab China menerapkan kebijakan zero Covid, ketika kasus kembali naik maka lockdown akan kembali diterapkan. Sehingga pemangkasan suku bunga saja dirasa kurang cukup.

Sementara itu rupiah tertekan akibat isu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) Pertalite pekan ini. Hal tersebut disinyalkan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan.

"Minggu depan Presiden akan mengumumkan terkait apa dan bagaimana mengenai harga BBM ini. Jadi Presiden sudah mengindikasikan tidak mungkin kita pertahankan terus demikian, karena harga BBM kita jauh lebih murah di kawasan asia ini, dan itu beban terlalu besar kepada APBN kita," ungkap Menko Luhut dalam Kuliah Umum Menko Marves di Universitas Hasanudin dikutip Minggu (21/8/2022).

"Jadi Presiden sudah mengindikasikan tidak mungkin kita pertahankan terus demikian, karena harga BBM kita jauh lebih murah di kawasan Asia ini, dan itu beban terlalu besar kepada APBN kita," tambahnya.

Jika harga Pertalite dinaikkan, maka inflasi di Indonesia kemungkinan akan melesat. Saat inflasi semakin meninggi, maka nilai tukar mata uang semakin tergerus. Rupiah pun tertekan.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor