Akhir Pekan Bursa Asia Berjatuhan! Cuma Hang Seng yang Hijau

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Jumat, 19/08/2022 16:44 WIB
Foto: Bursa Jepang (Nikkei). (AP Photo/Koji Sasahara)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup di zona merah pada perdagangan Jumat (19/8/2022) akhir pekan ini, di tengah bimbangnya sikap investor pada hari ini.

Hanya indeks Hang Seng Hong Kong dan ASX 200 Australia yang ditutup di zona hijau pada hari ini. Hang Seng ditutup naik tipis 0,05% ke posisi 19.773,029 dan ASX 200 juga naik tipis 0,02% menjadi 7.114,5.

Sedangkan sisanya ditutup di zona merah. Indeks Nikkei Jepang ditutup turun tipis 0,04% ke posisi 28.930,33, Shanghai Composite China melemah 0,59% ke 3.258,08, Straits Time Singapura merosot 0,87% ke 3.245,15, KOSPI Korea Selatan terkoreksi 0,61% ke 2.492,69, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir terdepresiasi 0,2% menjadi 7.172,43.


Dari Jepang, inflasi pada periode Juli 2022 tercatat kembali meningkat dan berada di atas target bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ).

Berdasarkan data yang dirilis, inflasi Jepang dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) periode Juli 2022 naik menjadi 2,6% secara tahunan (year-on-year/yoy), dari sebelumnya sebesar 2,4%.

Adapun, secara bulanan (month-to-month/mtm), IHK Negeri Sakura pada bulan lalu naik menjadi 0,5%, dari sebelumnya pada periode Juni lalu di 0%.

Adapun IHK inti, yang tidak termasuk harga makanan segar naik menjadi 2,4% pada bulan lalu, dari sebelumnya pada Juni lalu di 2,2%.

Inflasi di Jepang sudah berada di atas target BoJ. Sejatinya, sejak Juni lalu, inflasi sudah mulai berada di atas target BoJ. Tetapi, bank sentral Negeri Sakura tersebut lebih memilih untuk tetap mempertahankan suku bunga acuannya di level rendah.

Kenaikan inflasi Jepang ini semakin jauh dari usaha Gubernur BoJ, Haruiko Kuroda yang tengah mempertahankan suku bunga terendah demi mendukung pertumbuhan ekonomi. Namun dengan laju kenaikan inflasi ini, nampaknya sulit untuk mempertahankan usahanya.

Di antara anggota G-20, Jepang merupakan negara yang belum menaikkan suku bunga acuannya sejak awal pandemi 2020 lalu.

Terlepas dari kenaikan harga yang terus berlanjut, BoJ tampaknya tidak akan bergeser dari posisinya sebagai outlier di antara bank sentral global dalam waktu dekat.

Bahkan, BoJ bergeming ketika bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) melakukan kenaikan suku bunga jumbo untuk mengatasi inflasi dan bank sentral Eropa (Europe Central Bank/ECB) akhirnya ikut bergabung dengan menaikkan suku bunga acuannya pertama dalam lebih dari satu dekade.

Hal ini karena BOJ masih menganggap inflasi di Jepang bersifat sementara dan tidak berkelanjutan.

"Sementara dampak harga energi akan mencapai puncaknya pada Juli atau Agustus, langkah untuk membebankan biaya bahan baku kepada konsumen jelas meningkat," kata kepala ekonom di Itochu Research Institute, Atsushi Takeda.

Sementara itu dari kabar korporasi, setelah perusahaan teknologi China yakni Tencent mencatatkan penurunan pendapatan kuartal keduanya tahun ini, sesama raksasa teknologi China yakni NetEase justru sebaliknya.

NetEase berhasil membukukan kenaikan pendapatan hampir 13% secara tahunan (yoy) dalam pendapatan bersih kuartal II-2022 dan mengalahkan ekspektasi. Sayangnya, sahamnya malah ambles nyaris 6%, sedangkan saham Tencent justru menguat 0,7%.

Sentimen pasar global pada hari ini cenderung beragam, di mana AS telah merilis sejumlah data penting kemarin.

Kemarin, Negeri Paman Sam mengeluarkan sejumlah data ekonomi seperti klaim pengangguran mingguan dan penjualan existing home. Klaim pengangguran AS turun menjadi 250.000 untuk pekan yang berakhir pada 13 Agustus.

Penjualan rumah existing pada Juli turun hampir 6% dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 4,81 juta. Penjualan anjlok 20,2% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Penjualan existing home sudah turun dalam enam bulan beruntun.

Namun, survei Philadelphia Federal Reserve terkait indeks manufaktur menunjukkan indeks sudah naik ke 6,2 bulan ini, dari negatif 12,3 pada Juli. Data ini menunjukkan harapan jika ekonomi AS akan membaik ke depan.

"Pelaku pasar sedikit maju dan mundur memperkirakan apa yang terjadi ke depan. Saat ini mereka melihatnya dengan positif karena pasar masih menanamkan keyakinan jika the Fed akan mampu menekan inflasi," tutur Cliff Corso, chief investment officer at Advisors Asset Management, dikutip dari CNBC International.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/vap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor